Soloraya
Selasa, 8 Maret 2016 - 08:30 WIB

TAS PLASTIK BERBAYAR : DPRD: Edukasi Pengurangan Tas Plastik Tak Jalan

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - KURANGI PENGGUNAAN TAS PLASTIK (Antara/Agung Rajasa)

Tas plastik berbayar, DPRD Solo sepakat dengan Wali Kota Solo menyetop penjualan tas plastik

Solopos.com, SOLO–DPRD Solo sepakat dengan sikap Wali Kota Solo, F.X. Hadi Rudyatmo, untuk menyetop penjualan tas plastik di retail dan toko modern. Edukasi pengurangan penggunaan plastik dengan metode kantong plastik berbayar dinilai tidak sepenuhnya berjalan.

Advertisement

Anggota Komisi II DPRD, Ginda Ferachtriawan, menilai semangat toko modern menyukseskan program kantong plastik berbayar cenderung mengarah ke komersialisasi ketimbang edukasi bahaya penggunaan plastik. Hal itu disimpulkannya setelah melihat praktik di lapangan.
“Pegawai minimarket hanya sebatas menawarkan mau pakai plastik atau enggak, tidak mendorong warga meninggalkan plastik dengan memberi pemahaman. Beberapa kali barang malah langsung dikreseki tanpa persetujuan pembeli,” ujarnya saat ditemui wartawan di Gedung DPRD, Senin (7/3/2016).

Ginda mengapresiasi niat pengusaha retail dan toko modern yang berupaya menyukseskan program pemerintah lewat kantong plastik berbayar. Namun niat baik itu belum dibarengi pemahaman efek tas kresek sehingga toko modern malah berkesan jualan plastik. Di sisi lain, harga Rp200 per tas kresek dinilai terlalu rendah.

“Pembeli di toko modern yang notabene menengah ke atas tentu tak keberatan dengan harga itu.”

Advertisement

Ginda mendorong toko modern segera menyetop penjualan kantong plastik dan menggantinya dengan tas ramah lingkungan. Menurut dia, pengusaha toko bisa menyediakan tas berbahan kertas atau kain sebagai pengganti kantong plastik. “Edukasi bisa berjalan jika plastik betul-betul dibatasi. Ibaratnya sekarang ini (kantong plastik berbayar) hanya membantu mengurangi (konsumsi plastik), tidak menyelesaikan masalah,” kata dia.

Ketua Komisi II, Y.F. Sukasno, menyebut penggunaan instrumen harga untuk membatasi konsumsi plastik tak akan efektif jika masyarakat masih dapat mengakses tas kresek. “Mau dibanderol Rp5.000 ya tetap dibeli jika warga emoh ribet dengan barangnya.”

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif