SOLOPOS.COM - Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Boyolali, Supana, saat ditemui wartawan di Gedung PGRI Boyolali, Kamis (12/10/2023). (Solopos/Ni’matul Faizah)

Solopos.com, BOYOLALI — Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Boyolali bersama dengan Polres Boyolali melakukan sejumlah langkah untuk antisipasi tawuran di kalangan pelajar.

Langkah itu untuk menyikapi peristiwa tawuran dan penculikan pelajar yang nyaris terjadi di Boyolali pada awal Oktober lalu. Seperti diberitakan sebelumnya, anggota Polsek Musuk mengamankan para pelajar SMP yang diduga hendak tawuran bahkan penculikan kepada siswa sekolah lain, Kamis (5/10/2023) sore.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Di antara gerombolan pelajar itu juga ditemukan gir hingga minuman keras. Kepala Disdikbud Boyolali, Supana, menyampaikan rencana siswa SMPN 6 Boyolali yang hendak menyerang siswa SMPN 5 Boyolali di grup Whatsapp sudah dideteksi oleh kepala SMPN 5 Boyolali.

Kepala SMPN 5 Boyolali itu kemudian meminta bantuan Polsek Boyolali Kota untuk menyisir para pelajar yang hendak tawuran tersebut. Akhirnya, para siswa pergi ke daerah Sukorame, Musuk, dan diamankan Polsek Musuk.

Menyikapi kejadian itu, pada Senin (9/10/2023), seluruh kepala SMP baik negeri dan swasta mengadakan rapat bersama untuk mengantisipasi kejadian serupa terulang. Pertemuan juga dihadiri perwakilan dari Polres Boyolali.

“Pada Senin kemarin, kami diskusikan dan mencari solusi terbaik, yaitu dengan kolaborasi Disdikbud dengan kepolisian,” kata dia saat berbincang dengan Solopos.com, Kamis (12/10/2023).

Ia menjelaskan pendidik tetap memberikan pemahaman di kelas terkait dampak buruk tawuran. Sedangkan solusi dari kepolisian yaitu secara berkelanjutan mengadakan razia di jam-jam sekolah.

Selain itu, Supana menjelaskan kepolisian juga mengadakan apel tiap Senin di sekolah-sekolah. Supana berharap dengan kolaborasi itu dapat menyadarkan pelajar di Boyolali bahwa tawuran itu salah.

Polisi Ikut Apel di Sekolah-Sekolah Setiap Senin

“Bahkan itu bisa cenderung ke anarkistis, ada unsur pelanggaran hukum. Jadi, kami berikan edukasi kepada anak-anak untuk tidak berbuat hal yang salah seperti itu,” kata dia.

Terpisah, Kapolres Boyolali, AKBP Petrus Parningotan Silalahi, menyampaikan untuk menangani fenomena tawuran dan bullying, kepolisian mengedepankan tentang upaya preventif dan preemtif.

Ia menjelaskan Polres Boyolali telah empat bulan melaksanakan program apel di sekolah setiap Senin. Anggota Polres Boyolali bertugas menjadi pembina.

“Polres Boyolali datang ke sekolah-sekolah, baik itu SMK bahkan SMP, yang kami lakukan tentu dengan pemetaan-pemetaan mana yang sering tawuran, mana yang jarang tawuran, itu kami pilih, mana yang lebih dikedepankan untuk didatangi saat upacara setiap Senin,” jelas dia.

Kapolres Boyolali menyampaikan dalam agenda tersebut, kepolisian memberikan arahan dan imbauan kepada pelajar agar tidak melakukan perundungan, tawuran, dan hal lain yang bisa menjerat mereka menjadi pelaku kriminalitas.

Petrus juga mengatakan ada patroli rutin baik dari anggota Polsek se-Boyolali dan Polres Boyolali. Ketika anggota kepolisian melihat ada sekumpulan pelajar saat razia, akan didatangi kemudian dirazia.

“Ketika ada yang membawa barang yang biasanya terindikasi akan melakukan penganiayaan atau tawuran, akan kami rebut. Maka, tindakan preventif kami upayakan terlebih dahulu,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya