Soloraya
Rabu, 25 Juli 2012 - 11:54 WIB

TEBU Jadi Primadona Warga Desa Dukuh

Redaksi Solopos.com  /  Tutut Indrawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Dua orang pekerja menebang tebu milik petani di wilayah Desa Dukuh, Kecamatan Tangen, Sragen pada musim panen, Selasa (24/7/2012). Tanaman tebu seluas satu patuk bisa menghasilkan uang sampai Rp10 juta. (Tri Rahayu/JIBI/SOLOPOS)


Dua orang pekerja menebang tebu milik petani di wilayah Desa Dukuh, Kecamatan Tangen, Sragen pada musim panen, Selasa (24/7/2012). Tanaman tebu seluas satu patuk bisa menghasilkan uang sampai Rp10 juta. (Tri Rahayu/JIBI/SOLOPOS)

Sejumlah pekerja asyik menebang tebu di sebuah areal tegalan yang ditanami tebu milik warga di Desa Dukuh, Kecamatan Tangen, Sragen, Selasa (24/7/2012) siang. Tidak sedikit petani yang memanen tebunya.

Advertisement

Tanaman tebu di desa itu menjadi produk unggulan warga setempat. Meskipun hanya bisa panen sekali dalam satu tahun, tapi hasilnya cukup lumayan, bahkan bisa digunakan untuk membangun rumah. Di desa yang terletak sekitar empat kilometer dari pusat Kecamatan Tangen ini memiliki luas areal tebu seluas 264 hektare yang menyebar di empat kebayanan, yakni kebayanan Dukuh, Sugihan, Kauman dan Glagah.

Topografi wilayah Desa Dukuh memang cocok untuk tanaman tebu karena sebagian besar wilayah desa ini merupakan tanah kering atau tanah tadah hujan. Selain tanaman tebu, petani di desa itu hanya bisa menanam kacang tanah dan jagung. Namun tanaman dua jenis tanaman itu relatif sedikit.

Seperti Ladiyo, 67, seorang petani yang memiliki areal tanaman tebu seluas satu hektare. Ketika musim panen seperti ini, Ladiyo bisa tersenyum karena bisa menghasilkan uang sampai Rp30 juta/hektare. “Biasanya tanaman tebu itu ditebang dan dibeli oleh para tengkulak atau juragan tebu. Saya hanya menerima hasil bersihnya, yakni Rp2,5 juta per truk. Ya, lumayan hasilnya, tapi hanya setahun sekali. Petani sekitar berhasil membangun rumah dari hasil penjualan tebu,” imbuhnya.

Advertisement

Kaur Pembangunan Desa Dukuh, Joko Wibowo, mengatakan potensi desa yang paling besar memang berasal dari hasil perkebunan tebu itu. Ada juga warga yang memiliki usaha kecil rumahan, seperti pembuatan emping dan usaha kecil lainnya. Namun jumlahnya relatif kecil.

“Sumber pendapatan desa saja juga berasal dari hasil lelang tanah kas desa seluas 12,5 hektare. Hasil lelang itu biasanya digunakan untuk kebutuhan desa yang mendesak. Selain itu, desa ini juga mendapatkan bantuan alokasi dana desa (ADD) senilai Rp43 juta dari Pemkab Sragen. ADD tahun ini meningkat bila dibandingkan ADD tahun lalu yang hanya Rp11 juta,” tuturnya.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif