Soloraya
Jumat, 17 Juni 2011 - 06:35 WIB

Tedjowulan jumenengan, kubu Hangabehi berang

Redaksi Solopos.com  /  Nadhiroh  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pisowanan Ndalem (SOLOPOS/Sunaryo Haryo Bayu)

Pisowanan Ndalem (SOLOPOS/Sunaryo Haryo Bayu)

Solo (Solopos.com)–Untuk kali kesekian, Jumenengan yang digelar Raja PB XIII Tedjowulan, Kamis (16/6/2011) membuat kubu PB XIII Hangahebi berang.

Advertisement

Putri PB XII, GKR Koes Moertiyah atau biasa disapa Gusti Moeng menyebut bahwa acara yang digelar Tedjowulan di Sasono Purnomo Badran, Kota Barat tersebut adalah kebohongan publik.

“Untuk apa mereka bikin acara di tepi jalan itu. Itu pembohongan publik namanya!” ujar Gusti Moeng kepada Espos, Kamis (16/6/2011).

Seperti tahun 2010 lalu, Tingalan Jumenengan PB XIII Tedjowulan kali ini terjadwal lebih awal dibanding Tingalan Jumenengan PB XIII Hangahebi yang direncanakan jatuh pada Senin (27/6/2011).

Advertisement

Acara untuk memperingati naiknya Tahta Raja Kasuanan Surakarta Hadiningrat ke VII tersebut, menurut Gusti Moeng, merupakan upacara adat yang memiliki persyaratan. Salah satunya ialah harus digelar di dalam Keraton Kasunanan Surakarta. “Dan sudah jelas bahwa Keraton yang diakui negara itu adalah di Baluwarti,” paparnya.

Dengan demikian, imbuhnya, raja Keraton Kasunanan Surakarta yang sah hanya satu yakni PB XIII Hangahebi. Jika ada raja lain yang menggelar menyerupai acara di Keraton Kasunanan Surakarta, tegasnya, itu hanya akal-akalan dan pembohongan publik.

“Saya terus terang heran, kenapa masih juga bikin polemik. Dan heran saya, kenapa juga masyarakat ikut-ikutan mau dibohongi mereka itu (Kubu PB XIII Tedjowulan-red),” terangnya.

Advertisement

Gusti Moeng meminta pihak PB XIII Tedjowulan untuk menunjukkan bukti-bukti secara hukum bahwa mereka adalah raja Keraton Kasunanan Surakarta. Jika tidak mampu, tegasnya sekali lagi, itu namanya pembohongan publik. “Dan mereka harusnya bertangungjawab,” ketusnya.

Menanggapi tudingan itu, Humas PB XIII Tedjowulan, KRT Bambang Pradotonagoro menjawabnya dengan enteng. “Biar saja bilang begitu (Gusti Moeng-red). Masyarakatlah yang akan menilai,” timpalnya.

(asa)

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif