SOLOPOS.COM - Peracik teh, Nonik, menuangkan teh ke dalam cup taste, pada Kamis (15/12/2022). (Solopos.com/Galih Aprilia Wibowo).

Solopos.com, SRAGEN–Sebanyak 16 orang tergabung dalam komunitas peracik teh di Kabupaten Sragen dengan nama Sragen Communitea.

Para peracik teh ini mengaku siap memproduksi teh khas Bumi Sukowati dengan brand Teh Gading.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Hal ini diungkapkan oleh salah satu anggota Sragen Communitea, Nonik, 48, saat berbincang dengan Solopos.com, dalam acara Bazar Tenant yang digelar oleh Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Sragen, pada Kamis (15/12/2022).

Nonik menguraikan bahwa teh yang berada di pasaran banyak yang tidak mengetahui asal-udul teh tersebut dengan pasti. Ia mencontohkan bahwa seringkali teh sisa roasting itu dipakai kembali dengan menggunakan penguat rasa.

“Jadi komunitas beranggotakan peracik teh, ada perbedaan teh industri dan teh racikan. Kalau teh setelah diseduh, dikeringkan, dipakai lagi dengan menggunakan pewarna, banyak konsumen tidak tahu. Sehat enggak? Manfaatnya tidak ada,” terang Nonik.

Baca Juga: 36 UMKM Pemula Pamerkan Produk di Bazar Tenant Disnaker Sragen

Nonik menguraikan bahwa dalam komunitas tersebut mulai dikenalkan dengan edukasi, bahwa teh bisa diracik sendiri. Selama ini dalam proses roasting teh, ia mengaku harus pergi ke Kabupaten Ngawi, karena mesin roasting terdapat di sana.

Sehingga ongkos produksi menjadi naik, jadi untuk bersaing dengan produk pabrik menjadi kalah karena harganya jauh lebih murah.

“Kemudian kami membentuk KUB [Kelompok Usaha Bersama], dan akhirnya difasilitasi oleh Disnaker sehingga ada mesin roasting yang bisa dipakai tidak harus jauh-jauh ke Ngawi. Dari 16 orang peracik teh yang tergabung dalam komunitas punya produk masing-masing, jadi kami memasarkannya bisa di sini [Sragen],” ujar Nonik.

Dengan membentuk KUB tersebut, ia berharap bisa membuat satu brand teh dengan nama Teh Gading. Saat ini ia mengatakan bahwa tengah memutuskan rasa yang akan dipilih dari tiga jenis yang telah diracik.

Sehingga produk belum diluncurkan, tapi ia mengaku sudah melakikan produksi dan dipasarkan kepada anggota komunitas. Saat ini ia menyasar Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di Sragen untuk pemasaran awal produk tersebut.

Baca Juga: Unik, Cokelat Tempe Buatan Warga Desa Puro Sragen, Padukan Rasa Gurih dan Manis

“Walaupun belum diluncurkan, tapi kami siap memproduksi massal dengan anggota komunitas. Saat ini kami mengambil daun teh dari Kemuning, Karanganyar,” terang Nonik.

Nonik menjelaskan ketika teh sudah naik daun dengan cara di re-branding tentu nilai ekonomi atau harganya menjadi lebih mahal. Ia menguraikan racikan teh yang dijual di Jakarta bisa menjadi Rp100.000/gelas.

“Jadi dengan tea blend membuat teh menjadi naik daun, misalnya teh dicampur dengan rempah, teh dicampur daun pandan, sesuai keinginan konsumen. Jadi produknya benar-benar beda dan lebih variatif,” tambah Nonik.

Selain Nonik, sebanyak 100 usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) juga dilakukan pelatihan inkubasi bisnis oleh Disnaker, kemudian 36 UMKM diantaranya memamerkan produk mereka dalam acara Bazar Tenant tersebut. Hal ini diungkapkan oleh Kepala Disnaker Sragen, Muh. Yulianto, pada Kamis.

“Produk UMKM yang dipamerkan di antaranya berupa kerajinan, kuliner, dan pertanian,” terang Yulianto.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya