SOLOPOS.COM - Direktur RSST Sragen Wisnu Retnaningsih (kiri) mendampingi Bupati Kusdinar Untung Yuni Sukowati saat meluncurka inovasi Salam Besti di RSST Sragen, Minggu (30/6/2023). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN—Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sukowati Tangen (RSST) Sragen meluncurkan inovasi baru bernama Salam Besti atau Sambut Bola dan Mendampingi Ibu Hamil Risiko Tinggi saat momentum Hari Ulang Tahun (HUT) ke-2 di RSST setempat, Minggu (30/6/2024). Inovasi itu lahir sebagai upaya menekan angka kematian ibu karena kehamilan risiko tinggi.

Peluncuran inovasi itu dilakukan Bupati Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati bersama Wakil Bupati (Wabup) H. Suroto di halaman RSST. Launching dilakukan Bupati dengan menekan tombol pada laptop yang sudah disiapkan dan langsung terlihat tayangan pelaksanaan inovasi tersebut.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Bupati sempat membagikan hadiah dua unit sepeda di sela-sela perayaan HUT RSST dan hadiah hiburan lainnya.

Direktur RSST Sragen, dr. Wisnu Retnaningsih, saat ditemui Solopos.com, Minggu, menerangkan ibu hamil risiko tinggi (risti) di wilayah Gesi, Tangen, Sukodono, Mondokan, dan Jenar (Singensumonar) belum dikelola oleh RSST Sragen dengan baik.

Wisnu menyampaikan beberapa waktu lalu ada satu kasus kematian ibu di Tangen karena tensi tinggi, preeklamsi, dan mengalami kejang-kejang. Dia melihat pasien ibu hamil risti itu datang ke RS sudah dalam kondisi kejang-kejang sehingga terlambat dalam penanganannya, akhirnya meninggal dunia di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen.

Wisnu berpendapat ibu hamil risti ini kalau dikelola dengan baik dan sejak awal sudah didampingi pasti tidak sampai terjadi kasus kematian. Atas dasar kasus tersebut, Wisnu menyampaikan RSST berinisiatif melahirkan inovasi Salam Besti untuk menekan angka kematian ibu (AKI) di Sragen.

Dia menjelaskan Salam Besti ini dilakukan dengan menggandeng Puskesmas Gesi, Puskesmas Tangen, dan Puskesmas Jenar.

“Tiga puskesmas itu sudah intensif merujuk pasiennya ke RSST. Ketika kami merangkul tiga puskesmas itu maka yang dirangkul termasuk kader kesehatannya dan bidan desanya. Sejak dua pekan lalu, kami sudah menyebarkan google form kepada para kader dan bidan desa untuk mengidentifikasi ibu hamil risti,” jelas Wisnu.

Dia menerangkan di dalam google form itu ada nomor telepon ibu hamil plus kader pendampingnya. Begitu ada ibu hamil teridentifikasi risti, kata dia, maka langsung didaftarkan lewat google form.

“Sampai hari H launching Salam Besti, sudah ada 99 ibu hamil risti yang mengisi google form. Mereka ini yang diperhatikan dan didampingi selama proses kehamilan. Begitu sudah mendekati hari pesalinan dipantau. Ketika sudah masuk hari perkiraan lahir maka ibu hamil itu langsung dijemput,” ujar Wisnu.

Dia menerangkan misalnya ada ibu hamil dengan riwayat sesar maka si ibu itu tidak memungkinkan lahir normal. Dia mengatakan ibu hamil itu sudah harus dipantau, mendekati HPL dijemput, dan melaksanakan sesar di RSST.

Peran RSST itu, kata dia, sebagai eksekutor dan puskesmas sebagai skriningnya. Puskesmas sebagai fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) itu, jelas dia, hanya boleh mengelola pasien yang normal-normal saja.

Ketika ada pasien yang mengalami kealinan, ada faktor penyulit, risiko tinggi, maka pasien itu harus dirujuk ke RSST.

“Kami memiliki delapan dokter. Dokter kandungan sudah siap sejak setahun lalu. Persalinan rutin sudah dilakukan setiap bulan di RSST. Sekarang sudah ada 15 pasien section caesarea [pasien operasi sesar] yang dilayani di RSST. Selama ini rujukan paling tinggi masih dari Jenar. Dari tiga puskesmas kami sudah teridentifikasi 99 ibu hamil risti itu sudah luar biasa. Mereka kami kelola agar tidak terjadaii lagi AKI,” jelasnya.

Winu mengatakan ketiga tensi tinggi terus didampingi, tugas RSST jemput bola, antar jemput sampai ke rumah pasien, dan masih ada pendampingan selama kehamilan. Dia menyatakan ibu hamil bebas konsultasi ke dokter RSST dan semua dilakukan gratis. Mereka baru dikeluarkan dari grup WhatsApp, kata dia, setelah persalinan. “Inovasi ini selain menurunkan AKI di Sragen juga dapat meningkatkan kunjungan ke RSST,” kata dia.

Bupati Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati mengapresiasi perkembangan RSST yang baru operasional selama dua tahun. Dia menekankan baik dan buruknya RSST ini tergantung pada civitas hospitalitinya.

Dia berpesan sesuatu yang buruk jangan sampai keluar. Dia meminta tetap jaga kekompakan, sinergi, dan gotong-royong bersama. “Bila hal itu terjaga maka RSST ini akan menjadi pilihan hati masyarakat. Sekarang RSST ini sudah berbentuk BLUD [Badan Layanan Umum Daerah] dan pendapatannya sudah melebihi target,” jelas Yuni, sapaan Bupati.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya