Soloraya
Selasa, 9 Februari 2010 - 08:40 WIB

Teknologi pertanian organik akan dikembangkan di Wonogiri

Redaksi Solopos.com  /  Indah Septiyaning Wardani  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - ini-apa.com


Wonogiri (Espos)-
-Petani di Kabupaten Wonogiri memiliki kemungkinan sangat besar untuk terbebas dari ketergantungan terhadap pupuk kimia. Asosiasi Petani Organik (APO) bekerja sama dengan LIPI akan mengembangkan teknologi pertanian dan pakan ternak organik.

Nota kesepahaman atau memorandum of understanding (MoU) kerja sama itu direncanakan ditandatangani, Senin (15/2) mendatang. APO dan LIPI sendiri sebenarnya sudah mulai merintis kerja sama sejak setengah tahun lalu dan telah menyosialisasikan teknologi pertanian dan pakan ternak organik di sejumlah kecamatan.

Advertisement

Kerja sama itu juga akan melibatkan Dinas Pekerjaan Umum (DPU) yang menangani persampahan di Wonogiri.

Saat ini, seperti diungkapkan, Wakil Ketua APO Wonogiri, Edi Mulyono, sudah ada beberapa kecamatan yang petaninya menerapkan teknologi pertanian organik tersebut dengan memanfaatkan limbah pertanian mereka sendiri seperti jerami, kulit kacang, bonggol jagung, bongkol singkong, dan sebagainya untuk diolah menjadi pupuk dan pakan ternak organik. Beberapa kecamatan dimaksud antara lain, Selogiri, Puhpelem, Purwantoro, Slogohimo, Jatisrono, Girimarto dan Ngadirojo.

“Di sini kami hanya menyalurkan pengetahuan tentang cara mengolah limbah-limbah pertanian itu menjadi pupuk, bagaimana formulanya agar menghasilkan pupuk dan pakan ternak yang berkualitas. Lalu mereka sendiri yang mempraktikkannya,” jelas Edi, saat ditemui di tempat pengembangan pertanian organik di Desa Pare, Selogiri, Senin (8/2).

Advertisement

Selain limbah pertanian, Edi mengungkapkan, pupuk dan pakan ternak organik ini juga bisa dibuat dengan memanfaatkan sampah yang dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA). Selain itu, formula untuk pembuatan pupuk dan pakan ternak itu juga tidak ditentukan, melainkan bisa disesuaikan dengan potensi lokal.

Namun demikian, menurut Edi, pengembangan teknologi pertanian organik ini akan sangat bergantung pada kesediaan dan partisipasi masyarakat petani. “Tujuan awal kami adalah menyebarkan teknologi pertanian ini agar biaya operasional petani bisa terpangkas karena tidak harus membeli pupuk kimia. Pada akhirnya, teknologi ini akan memungkinkan petani bisa mandiri tanpa tergantung pada pupuk kimia dan hasil produksi pertaniannya juga bagus,” jelas Edi.

Kasi Kebersihan Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Wonogiri, Sudiman, ditemui pada kesempatan yang sama mengatakan, setiap hari, volume sampah yang masuk ke TPA Ngadirojo mencapai 11 truk berkapasitas 8 kubik. Dari jumlah tersebut, 60 persennya merupakan sampah organik sehingga berpotensi besar untuk digunakan sebagai bahan pupuk organik.

Advertisement

“Kendalanya adalah kesadaran masyarakat untuk memilah-milah antara sampah organik dan non organik masih rendah. Sedangkan peralatan dan tenaga yang kami miliki untuk melakukan itu terbatas,” jelas dia.

shs

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif