SOLOPOS.COM - Pekerja membuat keranjang dari sumbu kompor di CV Prapanca Jaya Alam di Jalan Kebonbaru, Dusun II, Pucangan, Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo, Rabu (26/7/2023). (Solopos.com/Magdalena Naviriana Putri).

Solopos.com, SUKOHARJO — Warga di Jalan Kebonbaru, Dusun II, Pucangan, Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo menyulap sumbu kompor menjadi handy craft atau kerajinan tangan yang estetik dengan nilai jual tinggi.

Beberapa pekerja menganyam tali sumbu kompor tersebut di bawah naungan CV Prapanca Jaya Alam.  Selain dipamerkan, kerajinan tersebut juga dikirimkan kepada para eksportir.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Salah seorang perajin, Novi, saat berbincang dengan Solopos.com di lokasi setempat, Rabu (26/7/2023) menceritakan jika pengalaman merajut telah dimiliki sejak 3 tahun terakhir.

“Belajarnya dari kakak yang juga bekerja di sini, awalnya susah sekali tapi sekarang sudah terbiasa,” jelas perempuan berjilbab hitam itu sambil merajut basket laundry atau keranjang pakaian kotor dengan gradasi sumbu bernuansa pink dan merah.

Novi bercerita pembuatan keranjang tersebut lebih sulit jika harus berbentuk persegi dibandingkan dengan yang berbentuk bulat. Lantaran pada keranjang persegi untaian sumbu yang terjalin harus presisi agar bisa berdiri tegak.

Sementara pada keranjang bulat, rajutan sumbu menurutnya hanya mengikuti alur dan besar kecilnya ukuran.

Dalam pembuatannya baik keranjang persegi maupun bulat, Novi membutuhkan rotan kecil dalam strukturnya sebagai penyangga agar keranjang dapat berdiri tegak sesuai bentuk yang diinginkan.

Sementara itu perajin lain, Tutik mengatakan telah menggeluti dunia rajut sumbu kompor tersebut sejak tujuh tahun terakhir. Perempuan yang mengenal rajutan saat bekerja di pabrik itu mengaku sempat ingin menyerah lantaran merajut tak segampang yang ia bayangkan.

“Karena kalau ngrajut itu kan di tengkuk rasanya tegang semua awalnya, sampai pusing dan panik kok gak bisa-bisa sampai stress di pabrik ingin keluar di hari pertama. Lalu saya diminta mencoba lagi dan akhirnya bisa mengalir seperti sekarang ini. Kalau di CV Prapanca Jaya Alam saya sudah merajut sejak 2016,” ungkapnya.

Tutik mengaku kegigihannya mempelajari seni merajut membuatnya bangga dengan diri sendiri. Lantaran kini ia bisa membuat hiasan rumah dengan ide dan inisitifnya sendiri maupun dari beberapa referensi yang ada.

Dalam pembuatannya hiasan rumah dengan berbagai karakter seperti singa, anjing dan lainnya menjadi memori tersendiri untuk Tutik.

Dalam prosesnya rajutan keranjang membutuhkan 1-3 jam pembuatan tergantung besar kecilnya ukuran keranjang. Sementara proses pembuatan hiasan rumah dengan karakter tertentu bisa membutuhkan waktu hingga tiga hari.

“Kalau ada yang salah penempatan warnanya atau lainnya harus dibongkar ulang. Misalnya sudah jadi tetapi kok terlihat jelek ya juga harus rela dibongkar ulang,” papar Tutik.

Sementara itu Founder CV Prapanca Jaya Alam Prarejeki Pancaningsih yang karib disapa Iik itu mengatakan sedikitnya ada sekitar 80 perajin sumbu kompor serupa di Sukoharjo dan sekitarnya.

Iik mengatakan banyaknya perajin tak lantas membuat ketatnya kompetisi, melainkan justru terciptanya kolaborasi antar para perajin. Tak jarang sesama perajin juga saling bertukar ilmu dan inovasi dalam mengembangkan produk tersebut.

Tak hanya sumbu kompor, Iik juga membuat anyaman dari sumber bahan alam lainnya.

“Selain kerajinan sumbu kompor dan tali sepatu sebenarnya juga ada dari sumber bahan alam lainnya seperti gedebok pisang, sea grass dan lainnya. Bahan ada disekitar kami yang tidak jauh jangkauannya. Kami mengupayakan dan mengoptimalkan pekerja hingga bahan diambil dari wilayah sedekat mungkin. Tidak perlu mengada-adakan dari jauh,” paparnya.

Selama ini Iik mengklaim produksi kerajinan sumbu kompor di tempatnya selalu sesuai dengan yang diminta pemesan. Ia juga membuat beberapa kerajinan untuk dipamerkan ke hotel-hotel di Solo dan sekitarnya serta dalam kegiatan pameran lainnya.

“Kompor yang pakai sumbu sudah langka, sumbunya jangan dilangkakan. Tali sepatu juga kan bahannya tidak susah, juga kadang kurang laku karena sudah banyak sepatu tanpa tali. Jadi tidak ada salahnya kami mencoba memadukan keduanya untuk menjadi karya seni,” ujarnya.

Ia sendiri telah memiliki empat pekerja yang menggarap di rumahnya. Sementara beberapa pekerja lain membuat proses kerajinan tangan di rumah.

Ia menyebut harga kerajinan tangan tersebut tergantung besar kecil dan jenis pengerjaaanya. Sementara keranjang dengan karakter tertentu lebih mahal harganya.

Enggan menyebut omzet, ia mengatakan paling murah harga kerajinan sumbu kompor tersebut berkisar Rp60.000-Rp450.000/produk. Kini produknya tersebut juga disetorkan pada eksportir.

Iik juga mengaku tak hanya membuat anyaman sumbu kompor, namun juga membuat beberapa produk kayu untuk di ekspor ke Jepang.

Ia mengaku telah mengekspor tongkat pengukur salju dan juga sudare (tirai yang terdiri atas potongan bambu tipit diikat tali tipis) dua kali sejak Februari 2023 lalu dan kini tengah dalam proses memenuhi pesanan ekspornya yang ketiga.



Namun menurutnya ia masih belum bisa mengekspor anyaman sumbu kompornya tersebut lantaran beberapa hal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya