SOLOPOS.COM - Ilustrasi memeriksa rontgen paru. (Freepik)

Solopos.com, BOYOLALI Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali terus mengoptimalkan penanganan tuberkulosis (TB) sejak Juli 2022.

Penanganan TB di Boyolali melibatkan seluruh fasilitas kesehatan pemerintah dan swasta yang dikoordinasikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali, Teguh Tri Kuncoro, mengatakan ada penemuan adanya kemungkinan kenaikan, meski belum signifikan dari adanya kolaborasi itu.

“Karena memang baru awal. Kalau kami lihat dari bulan Juli terlihat ada kenaikan. Di bulan Juli penemuan terduga sebanyak 558 kasus dan bulan Agustus naik menjadi 783 kasus, September 761 kasus,” ucap Teguh kepada Solopos.com melalui WhatsApp, Selasa (11/10/2022).

Terpisah, Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) cabang Boyolali, Didik Suprapto mengatakan IDI ikut terlibat dalam penanggulangan TB di Boyolali agar kasus tersebut segera tereliminasi di Boyolali.

Baca juga: Puluhan Sukarelawan Karangpandan Karanganyar Jalani Tes TB-Paru dan HIV

Didik Suprapto menjelaskan kasus TB di Boyolali tergolong rendah di lingkup Jawa Tengah, yakni peringkat empat dari bawah. “Kami bersama pemerintah daerah menggenjot itu, jadi saat ini tren nya mulai membaik,” ucap dia kepada Solopos.com melalui WhatsApp, Selasa (11/10/2022).

Temuan kasus TB di Boyolali, kata Didik, kini semakin meningkat dan pasien bisa segera mendapat penanganan.

Dalam penanganan TB, Dinkes Kabupaten Boyolali memfasilitasi pembentukan Koalisi Organisasi Profesi Indonesia dalam Penanggulangan TB (KOPI TB). Selanjutnya, DPPM membawahi KOPI TB dan fasilitas kesehatan.

“Jadi kami tim, dari dinkes, dari KOPI TB, dan DPPM,” ucap dia.

Baca juga: Penularan TBC di Blitar Sulit Dibendung, Jumlah Penderita Terus Meningkat

Didik menerangkan fokus Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali saat ini selain menurunkan angka stunting, juga mulai menggenjot TB. Dalam hal ini, dokter spesialis paru langsung terjun ke masyarakat.

Selanjutnya, mengutip dari website resmi Kementerian Kesehatan, Yankes.kemkes.go.id, penyakit TB disebabkan oleh infeksi bakteri mycobacterium tuberculosis di paru. Bakteri tersebut menyebabkan gangguan pernapasan, seperti batuk kronis dan sesak napas.

Penderita TB biasanya juga mengalami gejala lain seperti berkeringat di malam hari dan demam. Pengobatan penyakit TB biasanya membutuhkan waktu berbulan-bulan dengan aturan minum obat yang ketat guna mencegah risiko terjadinya resistensi antibiotik.

Jika tidak ditangani dengan segera, TB dapat berakibat fatal. Bakteri itu dapat menginfeksi bagian organ tubuh lainnya, seperti ginjal, tulang, sendi, kelenjar getah bening, atau selaput otak, kondisi ini dinamakan dengan TB ekstra paru.

Berdasarkan laman tersebut, Indonesia berada di urutan ke tiga sebagai negara dengan kasus TB tertinggi di dunia setelah India dan Cina. Data tahun 2019 menunjukkan, ada sekitar 845.000 penderita TBC di Indonesia.

Baca juga: Waduh…Penderita Tuberculosis di Jogja Tembus 3.000 Orang

Penyakit ini dapat berakibat fatal bagi penderitanya jika tidak segera ditangani. Meski begitu, penyakit TB dapat disembuhkan dan bisa dicegah.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya