SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/SOLOPOS/Dwi Prasetya)

Ilustrasi (JIBI/SOLOPOS/Dwi Prasetya)

SOLO – Pesatnya investasi dalam bentuk aneka pembangunan di Kota Solo ternyata masih belum berimbang dengan penyerapan sumber daya manusia atau tenaga kerja.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK) Purwosari, Winarto, kepada Solopos.com menjelaskan penyerapan tenaga kerja oleh para investor yang mendirikan bangunan di Purwosari memang belum maksimal. Berdasarkan pantauannya hampir 90% tenaga kerja baru para investor di Kelurahan Purwosari berasal dari luar wilayahnya. Padahal sesuai perjanjian menjelang pembangunan, biasanya para investor menjanjikan bakal merekrut tenaga kerja dari warga sekitar. “Seharusnya saling memberi kontribusi,” harapnya.

Lebih lanjut, Winarto, mengatakan para investor selalu berdalih warga sekitar kelurahan Purwosari kurang kompeten atau tidak memenuhi kualifikasi yang perusahaan itu inginkan. “Kalau sudah seperti ini saya juga enggak bisa berbuat apa-apa, mungkin saja enggak mampu benar. Atau mungkin saja sebenarnya mampu,” tambahnya.

Hal senada dialami warga sekitar Solo Paragon. Ketua RW 013 Kelurahan Mangkubumen, Edi Wibowo, mengatakan saat awal pembangunan, ada perjanjian antara warga dengan manajemen Solo Paragon Mall bahwa karyawan di pusat perbelanjaan itu 40% berasal dari warga. Perjanjian itu dibuat berdasarkan kesepakatan warga dan manajemen dengan penandatanganan kesepakatan di depan notaris.

Namun, hingga saat ini, menurut Edi, hanya sedikit warga yang bekerja di mall tersebut. Kalaupun ada hanya beberapa sebagai cleaning service atau Satpam. “Kalau di RW saya hanya ada dua atau tiga yang bekerja. Itupun hanya sebagai OB (Office Boy). Bukan di bagian kantornya,” tegasnya. Edi menambahkan, saat awal pembangunan, warga juga berharap ada pemasukan untuk Karang Taruna wilayah sekitar dari kantong-kantong parkir pengunjung Solo Paragon Mall. Namun harapan itu kandas karena Solo Paragon Mall menambah bangunan baru di sebelah timur gedung untuk area parkir. “Yang sebelah timur gedung itu berdasarkan maket yang ditunjukkan pada kami dulu untuk lahan hijau. Kami enggak tahu kok sekarang tiba-tiba dibangun untuk area parkir,” tambahnya.

Kesepakatan antara warga dengan pihak investor juga dialami oleh warga Kelurahan Kerten, Laweyan. Hanya satu warga di RW VIII Kelurahan Kerten, yang bekerja di Fave Hotel. Padahal ketentuan awal yang hanya disepakati secara lisan, 25% pegawai harus bersasl dari warga sekitar hotel. “Kemarin ada sekitar 10 anak lulusan SMA yang mendaftar, tapi enggak diterima. Padahal anak-anak itu kalau disuruh jadi OB saja juga mau. Kalau S1 juga ada yang mendaftar tapi juga tidak diterima,” ucap Ketua RW VII, Suparno.

Menurut Suparno, pembangunan hotel tersebut hanya berdampak pada peningkatan ekonomi masyarakat lewat persewaan kos. Itu pun hanya sebagian warga yang mayoritas memiliki lahan luas. Sementara, di sejumlah titik strategis Kota Solo, bertambahnya pembangunan diikuti pula pembangunan kos-kosan yang justru dilakukan orang berkantong tebal yang berasal dari luar Solo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya