SOLOPOS.COM - Waduk Gajah Mungkur (WGM) Wonogiri (Istimewa/Instagram @sulistyawisnu)

Solopos.com, WONOGIRI — Waduk Gajah Mungkur (WGM) Wonogiri yang dibangun dengan menenggelamkan 51 desa di tujuh kecamatan pada 1974-1981 sejatinya sangat luas dengan daya tampung air hingga jutaan meter kubik.

Waduk yang menjadi hulu Sungai Bengawan Solo itu bahkan lebih luas dari Kota Solo yang terdiri atas 54 kelurahan. Berdasarkan data Wonogiri Dalam Angka 2022 yang diterbitkan Badan Pusat Statistik (BPS), luas WGM mencapai 56,07 kilometer persegi.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Data itu juga sesuai Permendagri No 72/2019. Panjang WGM mencapai 1.452 meter, dengan tinggi 42 meter, dan volume 730 juta meter kubik. Luasan WGM melebihi Kota Solo yang luasnya sekitar 44 km persegi.

Bisa dibayangkan jika seluruh tampungan air dalam kondisi maksimal di Waduk Gajah Mungkur dengan luas 56,07 km persegi itu dituang ke Kota Solo maka seluruh wilayah tersebut bisa tenggelam. Pembangunan WGM ditujukan sebagai sarana pengendali banjir sekaligus pengairan atau irigasi dan pembangkit listrik tenaga air (PLTA).

Pada musim kemarau keberadaan waduk ini sangat membantu pengairan atau irigasi pertanian. Namun, pada musim penghujan terlebih jika curah hujannya cenderung ekstrem, WGM justru kerap dituding sebagai penyebab banjir di beberapa daerah aliran Sungai Bengawan Solo.

Hal itu lantaran air dari WGM harus dibuang ke Sungai Bengawan Solo ketika elevasinya mencapai ketinggian tertentu. Seperti saat ini, inflow atau volume air yang masuk ke WGM dari daerah dulu melalui sungai-sungai seperti Sungai Keduwang, Sungai Tirtomoyo, Sungai Temon, Sungai Parangjoho, sangat banyak.

Pada Kamis (16/2/2023) misalnya, berdasarkan Perum Jasa Tirta (PJT) I selaku pengelola WGM, rata-rata inflow selama pukul 00.00 WIB-06.00 WIB mencapai 930 meter kubik (m3) per detik.

Hal itu membuat ketinggian air di Waduk Gajah Mungkur yang memiliki luas 56,07 km persegi itu mencapai 136,90 meter soerabaia haven vloed peil (mshvp) pada Kamis pagi. Ketinggian itu melebihi batas aman 136,00 mshvp.

SOP Pengelolaan WGM

Sebagai informasi, PJT I memiliki standard operating procedure (SOP) untuk menjaga elevasi atau tinggi muka air WGM dalam posisi aman. Dari informasi yang diperoleh Solopos.com, elevasi WGM yang aman atau siaga hijau adalah 135,30-136,00 mshvp.

Siaga kuning pada elevasi 136,00-137,19 mshvp dan siaga merah pada elevasi 137,20 mshvp. Elevasi WGM harus dipertahankan pada ketinggian 136,00 mshvp. Lebih dari itu air harus dibuang atau dilimpaskan ke Sungai Bengawan Solo.

Jika tidak dilimpaskan, ketinggian air tersebut bisa membuat bendungan jebol. Atas pertimbangan itu pula, PJT I membuka pintu spillway atau limpasan Waduk Gajah Mungkur yang memiliki luas 56,07 km persegi itu per Selasa (14/2/2023).

Pelimpasan air ditingkatkan secara bertahap dengan mempertimbangkan dampaknya bagi daerah di sepanjang daerah aliran Sungai Bengawan Solo. Diawali dengan 100 meter kubik (m3) per detik pada Selasa sore dan ditambah sedikit demi sedikit hingga terakhir pada Rabu (15/2/2023) malam mencapai 250 m3 per detik.

Kepala Sub Divisi Jasa Air III/1 PJT I, Fendi Ferdian, tiap kali ada penambahan debit pelimpasan air WGM ke Sungai Bengawan Solo, PJT selalu menginformasikan ke pemerintah dan warga di sepanjang DAS Bengawan Solo.

Warga diminta tidak beraktivitas dekat Sungai Bengawan Solo, termasuk memancing di dekat pintu spillway. “Masyarakat di bantaran sungai mesti waspada jika terjadi kenaikan elevasi atau debit air sungai,” kata Fendi melalui telepon.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya