Soloraya
Senin, 7 Maret 2022 - 06:50 WIB

Tenun Kluwung Khas Desa Ngebung Sragen yang Syarat Tradisi

Wahyu Prakoso  /  Haryono Wahyudiyanto  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Warga menunjukkan alat produksi tenun yaitu suri yang aus di RT 002 RW 001, Desa Ngebung, Kecamatan Kalijambe, Sragen, Minggu (6/3/2022). (Istimewa/Wakimin)

Solopos.com, SRAGEN—Desa Ngebung, Kecamatan Kalijambe, Sragen, punya potensi berupa produk Tenun Kluwung  untuk mendukung wisata Kawasan Sangiran. Tenun tersebut sebagai warisan seni budaya untuk tradisi.

Tenun Kluwung merupakan produk tenun yang diproduksi oleh Surati, 80, warga RT 002 RW 001, Desa Ngebung. Satu-satunya warga yang masih melestarikan tenun setempat sejak 1950.

Advertisement

Ada berbagai pilihan jenis produk dari tangan Surati  antara lain syal, tenun gendong, dan tagen. Motif tenun juga beraneka ragam seperti polos serta bercorak.

Baca Juga: Desa Wisata Selo Karang Sragen Hadirkan Menu Tradisional yang Unik

Pegiat Budaya Desa Ngebung, Wakimin, 33, menjelaskan dulu ada lima orang yang memproduksi tenun di Desa Ngebung namun kini menyisakan Surati seorang yang masih hidup dan melestarikan tenun. Tidak ada karya tenun lain di desa yang masuk Kawasan Sangiran.

Advertisement

Warga setempat biasa memakai tenun untuk tradisi. Warga yang mengandung anak pertama memasan tenun untuk pitonan. Tradisi memakai tenun supaya anak yang akan dilahirkan selamat serta rupawan.

Kain juga digunakan untuk menyelimuti bayi yang telah lahir saat tidur supaya anak tetap merasa hangat atau tidak kedinginan dalam tidurnya. Para ibu yang baru melahirkan memakai tagen dari tenun produk setempat.

Baca Juga: 4 Desa di Kawasan Sangiran Sragen Sepakat Kerja Sama Kembangkan Potensi

Advertisement

“Untuk masyarakat wilayah sini kemana-mana atau kalau ke pasar membutuhkan jarik gendong.  Tenun untuk membawa hasil panen ke rumah harus pakai jarik panjang. Dan untuk ngangsu pakai jarik. Jarik tenun ini kuat dan kasar sehingga cocok untuk mengangkat beban,” kata dia kepada Solopos.com, Minggu (6/3/2022).

Wakimin yang juga aktif pada kegiatan kelompok sadar wisata (pokdarwis) serta pemandu wisata Kawasan Sangiran mengatakan menjual potensi tenun kepada turis serta memasarkan tenun di setiap kegiatan pasar budaya. Para turis biasanya tertarik dengan syal.

Para turis membeli tenun yang dijual Rp200.000 untuk syal, Rp250.000 untuk tagen, dan Rp250.000 untuk jarik gendong. Sejumlah turis tertarik melihat langsung proses produksi tenun karya Surati menggunakan peralatan sederhana antara lain calag yang terbuat dari bambu serta suri.

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif