Soloraya
Senin, 2 Januari 2012 - 21:01 WIB

Tergenang Banjir, 80 Hektare Sawah Terancam Rusak

Redaksi Solopos.com  /  R. Bambang Aris Sasangka  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - CARI IKAN -- Dua pencari ikan memanfaatkan areal persawahan yang tergenang di Desa Daleman, Kecamatan Nguter, untuk mencari ikan, Senin (2/1) pagi. Seluas 80 hektare tanaman padi berusia 10 hari-15 hari di Daleman terendam banjir setelah hujan lebat, Minggu (1/1/2012) malam. (JIBI/SOLOPOS/Triyono)

CARI IKAN -- Dua pencari ikan memanfaatkan areal persawahan yang tergenang di Desa Daleman, Kecamatan Nguter, Sukoharjo untuk mencari ikan, Senin (2/1/2012). Setidaknya 80 hektare tanaman padi berusia 10 hari-15 hari di Daleman terendam banjir setelah hujan lebat, Minggu (1/1/2012) malam. (JIBI/SOLOPOS/Triyono)

SUKOHARJO – Sedikitnya 80 hektare tanaman padi di beberapa dukuh di Desa Daleman, Kecamatan Nguter, terendam banjir sejak Senin (2/1/2012) pagi, akibat luapan air Sungai Wates dan Sungai Ngambil-ambil. Petani khawatir tanaman akan mati bila genangan tidak segera surut.
Advertisement

Kepala Desa (Kades) Daleman, Sudarman, menyebutkan air menggenangi persawahan dan merendam tanaman padi petani di Dukuh Gaden, Darasan, Ngemplak, Mundu, Maron dan Taderan. Dia mengatakan dukuh pertama menjadi wilayah terparah dengan areal tanaman yang tergenang mencapai 25 hektare.

“Total ada 80 hektare tanaman padi yang terendam di tujuh dukuh, terbesar di Gaden seluas 25 hektare. Sedangkan di Mundu dan Darasan masing-masing 20 hektare dan 15 hektare,” ungkapnya ketika ditemui Espos di Kantor Desa Daleman, didampingi Kepala Dusun (Kadus) II, Purwanto.

Sudarman mengatakan tanaman padi yang terendam air rata-rata berusia 10 hari-15 hari, bahkan ada yang baru selesai ditanam. Pihaknya berharap genangan air di sawah warga segera surut agar tanaman tidak telanjur mati karena akan merugikan petani dan membuat mereka melakukan penanaman ulang.

Advertisement

Terpisah petani di Dukuh Ngemplak, Parno, 45, mengemukakan meski cepat surut, pertumbuhan tanaman yang terendam air akan tetap terganggu. Kondisi demikian akan mengakibatkan hasil panen yang didapat petani menjadi tidak maksimal, terlebih jika tanaman terendam dalam waktu cukup lama. “Kalau sudah terendam, tanaman menjadi stres. Tunas padi tidak bisa tumbuh dan perkembangannya pun menjadi lambat,” ujarnya.

Sudarman mengungkapkan bencana banjir sudah menjadi langganan masyarakat di desanya. Selain merendam persawahan, banjir juga kadang menggenangi rumah, terutama yang berada di dekat sungai.

Menurut dia, banjir disebabkan pendangkalan dan penyempitan Sungai Wates dan Ngambil-ambil. Untuk mengatasi hal itu, Sudarman mengemukakan Pemerintah Desa Daleman sudah meminta adanya normalisasi. Tapi sampai sekarang tidak pernah direalisasikan. Padahal dengan normalisasi aliran air di sungai akan menjadi lancar dan warga terbebas dari ancaman banjir.

Advertisement

JIBI/SOLOPOS/Triyono

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif