SOLOPOS.COM - Petugas Satpol PP Karanganyar memberikan pembinaan di tempat kepada manusia silver yang mangkal di lampu merah Dagen, Kecamatan Jaten pada Rabu (10/1/2024). (Solopos.com/Indah Septiyaning Wardani)

Solopos.com, KARANGANYAR — Si manusia silver, Joko, 38, tak berkutik saat petugas Satpol PP Karanganyar memergoki aksinya di simpang tiga Dagen, Kecamatan Jaten, Karanganyar, pada Rabu (10/1/2024) siang.

Warga Ngringo, Kecamatan Jaten ini langsung digiring petugas ke pinggir jalan. Seluruh tubuhnya diselimuti cairan berwarna silver kecuali area mata. Untuk menutup area mata, ia menggunakan kacamata dengan warna senada.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Di hadapan petugas, Joko mengaku terpaksa mengais rezeki menjadi manusia silver. Dua tahun sudah Joko menganggur selepas mengalami kecelakaan kerja. Ia terjatuh dari lantai dua hingga tulang belakangnya patah. Sejak itu, ia memilih jalan menjadi manusia silver.

“Mau kerja apalagi. Saya sudah cacat,” kata Joko sambil menunjukkan luka di tulang belakang karena kecelakaan kerja kepada petugas Satpol PP.

Joko tak bisa berbuat banyak. Ia menjadi tulang punggung untuk menghidupi tiga anaknya yang masih bersekolah. Si sulung duduk di bangku SMA, lalu anak kedua masih SD, dan bungsu TK. Joko mengaku tak keberatan jika harus berhenti menjadi si manusia silver asalkan ia diberi pekerjaan.

“Saya siap berhenti kalau ada pekerjaan lain. Harus ada solusinya,” katanya.

Joko memulai aktivitas menjadi manusia silver sejak pukul 07.00 WIB. Ia melumuri seluruh tubuhnya dengan carian warna silver. Usai itu, ia beraksi di lampu merah Dagen sampai sore hari. Untuk menghilang bekas cairan itu, ia cukup menggunakan sabun pencuci piring. Sejauh ini, ia tak merasakan ada masalah kulit karena penggunaan cairan silver tersebut.

“Aman-aman saja. Tidak gatal, tidak iritasi dan lainnya,” katanya.

Saat beraksi, Joko akan berdiri menyapa lalu meminta uang kepada pengendara yang terhenti karena lampu merah. Setidaknya dalam sehari, Joko bisa membawa uang paling sedikit Rp150.000 atau Rp4,5 juta sebulan. “Pernah sehari bisa dapat Rp250.000,” katanya blak-blakan.

Dia berharap pemerintah tidak asal menertibkan orang-orang sepertinya tanpa solusi.

Ganggu Kenyamanan

Koordinator Lapangan (Korlap) Satpol PP Karanganyar, Sutaryo, mengatakan operasi pengemis gelandangan dan orang terlantar (PGOT) serta anak jalanan gencar dilakukan karena banyak warga yang mengeluhkan. Terutama pengguna jalan yang mengeluhkan keberadaan mereka mengganggu kenyamanan dan keamanan di jalan raya.

“Kami banyak terima laporan keresahan anak jalanan seperti manusia silver di lampu-lampu merah. Kalau akhir pekan kemarin ada puluhan anak punk kita amankan, kali ini kita menyisir manusia silver,” kata dia.

Penyisiran dimulai dari simpang Papahan, Jungke, Dagen, dan Sroyo. Untuk kali ini petugas hanya memberikan pembinaan di tempat. Namun jika sampai masih nekat mangkal di simpang lampu merah, Satpol PP akan membawa ke Dinas Sosial (Dinsos) setempat.

“Hari ini kita lepas. Kita hanya beri pembinaan di tempat. Tapi besok kalau masih di sini, ya kita tangkap dan bawa ke Dinsos,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya