SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Wonogiri (Espos)--Sebagai sebuah organisasi dengan jumlah anggota cukup besar, Persatuan Wredatama Republik Indonesia (PWRI) belum bisa menunjukkan peranannya dalam pembangunan di Tanah Air. Hal itu diakui pengurus PWRI lantaran payung hukum yang mengatur organisasi itu memang belum ada.

Demikian salah satu hal yang menjadi keresahan para pengurus PWRI, sebagaimana dikemukakan Pengurus PWRI Provinsi Jateng, Gurnito, saat menyampaikan kata-kata sambutan dalam acara peringatan hari ulang tahun (HUT) ke-48 PWRI tingkat Provinsi Jateng yang dipusatkan di Pendapa Rumah Dinas Bupati Wonogiri, Kamis (29/7).

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Menurut Gurnito, ada empat hal utama yang sampai saat ini masih menjadi keresahan di kalangan pengurus PWRI. Selain berkaitan dengan payung hukum yang belum jelas, juga berkaitan dengan keanggotaan, yang belum jelas perbedaan peran antara sel-sel keanggotaan aktif dan pasif. Juga soal kartu tanda anggota (KTA) multiguna yang bisa berlaku di seluruh wilayah Indonesia lengkap dengan segala fasilitas dan kemudahannya. Hal lainnya adalah wacana pemberian uang pensiun dibatasi hanya sampai umur 70 tahun. Setelah itu, uang pensiun dihentikan.

Gurnito mengungkapkan, jumlah pensiunan yang menjadi anggota PWRI saat ini sebanyak 4,5 juta orang di seluruh Indonesia. Jumlah ini merupakan aset yang sangat besar dan hampir menyamai PNS aktif yang tergabung dalam Korpri. Sayangnya, aset yang sedemikian besar ini belum dimanfaatkan secara optimal dalam pembangunan.

“Dengan jumlah yang besar itu, sangat ironis karena eksistensinya dalam pembangunan belum setenar organisasi pensiunan lainnya. Bahkan singkatan PWRI sering dirancukan dengan persatuan wartawan. Ini menjadi tugas berat bagi kami untuk terus menunjukkan eksistensi,” jelas Gurnito.

Dalam sambutannya, Gubernur Jateng H Bibit Waluyo mengajak seluruh jajaran PWRI untuk terus meningkatkan peranannya. Terutama karena saat ini Negara Republik Indonesia tengah menghadapi empat situasi krisis, yaitu krisis jati diri, krisis ideology, krisis karakter dan krisis kepercayaan.

shs

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya