SOLOPOS.COM - Penghuni "rumah pohon" di Plesungan, Kecamatan Gondangrejo, Budiyanto, 35, diperiksa tim medis Polres Karanganyar, Selasa (12/12/2017). (Ponco Suseno/JIBI/Solopos)

Satu keluarga Karanganyar tinggal di “rumah pohon” di tengah hutan.

Solopos.com, KARANGANYAR — Keluarga Tri Budiyanto, 35, yang tinggal di “rumah pohon” di tengah hutan wilayah Wirun, Plesungan, Gondangrejo, Karanganyar, memantik perhatian dari banyak pihak.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Cerita “rumah pohon” yang dihuni Budiyanto bersama istri Marmi, 32 dan dua anak mereka, Risma Ayu Soraya, 9 dan Redi Gebi Hidayat, 8, mengundang kehadiran Kapolres Karanganyar, AKBP Henik Maryanto, dan jajaran forum koordinasi pimpinan kecamatan (forkompinca) di Gondangrejo.

Budiyanto mengaku sudah terbiasa hidup menyendiri di “tengah hutan” bersama istri dan kedua anak mereka, meskipun “rumah pohon” yang mereka huni tak dilengkapi penerangan yang memadai sekaligus tak memiliki tetangga.

“Saya tak ada soal hidup di sini. Saya juga tak mau tinggal di rumah istri saya [di Kragan], soalnya ada persoalan [cekcok] dengan anggota keluarga yang di sana,” kata Budiyanto yang ditemui di “tengah belantara” di Plesungan itu, Rabu (13/12/2017). (baca: Satu Keluarga Karagnyar Hidup di Tengah Hutan Berkawan Kelabang dan Kalajengking)

Jauh sebelum keluarga Budiyanto tinggal di “rumah pohon”, Pemerintah Desa (Pemdes) Plesungan, Kecamatan Gondangrejo, ternyata sudah memiliki angan-angan membuat rumah pohon guna menunjang destinasi wisata di daerah setempat.

Bukannya terealisasi mewujudkan rumah pohon yang dapat mengundang wisawatan, Pemdes Plesungan justru terheran-heran sendiri dengan berdirinya rumah panggung dari bambu yang dihuni Budiyanto beserta keluarganya dalam enam bulan terakhir.

"Rumah pohon" yang dihuni keluarga Budiyanto di Plesungan, Gondangrejo, Karanganyar, Rabu (13/12/2017). (Ponco Suseno/JIBI/Solopos)

“Rumah pohon” yang dihuni keluarga Budiyanto di Plesungan, Gondangrejo, Karanganyar, Rabu (13/12/2017). (Ponco Suseno/JIBI/Solopos)

“Sekitar 1-2 tahun lalu, pemdes ingin membangun rumah pohon [di tanah kas desa yang berdekatan juga dengan lahan PT Samijaya]. Belum sempat mematangkan rencana itu, justru Plesungan ini sudah dikenal dengan rumah pohon sungguhan yang dimiliki Pak Budiyanto,” kata Kepala Dusun (Kadus) Grumbul Pring Desa Plesungan, Supardi, di desanya, Rabu.

Dia bercerita sebelum dibuatkan “rumah pohon” berukuran 3 meter X 2,5 meter, Budiyanto tidur di alam terbuka di “tengah hutan” milik PT Samijaya. Kemana-mana, Budiyanto membawa bungkus plastik untuk melindungi tubuhnya dari udara dingin saat malam hari. Hal itu juga dilakukan istri dan kedua anaknya.

“Lantaran tak tega, pemdes bersama tokoh masyarakat [Pak Hari] membuat rumah ini. Untuk biayanya, saya tak hafal. Sekadar diketahui, Pak Budi ini pernah tercatat sebagai warga kami, yakni warga RT 005/RW 003. Tapi, sejak tiga tahun lalu sudah pindah domisili ke desa lain [Kragan],” katanya.

Jauh sebelum cerita “rumah pohon” yang berada di lahan milik kontraktor, PT Samijaya di Gondangrejo muncul ke permukaan, Pemdes Plesungan sudah memetakan potensi wilayahnya. Kondisi lingkungan sekitar yang dipenuhi pohon jati yang menjulang tinggi membuat pemdes setempat ingin merancang rumah pohon.

Harapannya, rumah pohon yang dibangun itu dapat menarik perhatian warga di Gondangrejo dan sekitarnya. Hal itu pun dapat mengisi pundi-pundi yang dimiliki Pemdes Plesungan. Sedianya, rumah pohon dibangun di atas tanah kas desa seluas empat hektare.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya