Soloraya
Kamis, 30 Maret 2023 - 13:28 WIB

Ternyata Ada Desa Devisa di Sukoharjo, Diluncurkan oleh LPEI & Dirjen Bea Cukai

Magdalena Naviriana Putri  /  Kaled Hasby Ashshidiqy  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Perajin rotan di di Desa Trangsan, Kecamatan Gatak, Kabupaten Sukoharjo. (Istimewa)

Solopos.com, SUKOHARJO — Kabupaten Sukoharjo memiliki Desa Devisa. Lokasinya di Desa Trangsan, Kecamatan Gatak. Desa Devisa ini diluncurkan oleh Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) bersama Dirjen Bea dan Cukai (DJBC) serta  Indonesia Development Design Center (IDDC) Kementerian Perdagangan, serta pemerintah daerah pada 1 Maret 2023.

Berdasarkan siaran pers yang diterima Solopos.com pada Rabu (29/3/2023), Desa Trangsan ditetapkan sebagai Desa Devisa karena memiliki potensi dan keunikan dari hasil kerajinan rotan. Kerajinan rotan tersebut diklaim telah mampu menghidupi mayoritas warga desa selama 96 tahun terakhir.

Advertisement

Sebagai Special Mission Vehicle (SMV) Kementerian Keuangan Indonesia, LPEI atau exim bank memiliki fungsi untuk mendorong pertumbuhan ekspor nasional. Hal itu dilakukan melalui penyediaan pembiayaan, penjaminan, asuransi, dan jasa konsultansi ekspor. Desa Devisa merupakan salah satu program unggulan melalui Jasa Konsultasi LPEI dalam memberdayakan UKM berbasis pengembangan komunitas.

Desa Devisa Rotan Sukoharjo menjadi Desa Devisa ke-195 yang didampingi oleh LPEI. Kepala Kantor Cabang LPEI Solo, Irwan Prasetiyawan, menjelaskan saat ini Desa Trangsan memiliki 220 usaha perajin kayu rotan yang aktif memproduksi 150 kontainer kerajinan rotan setiap bulannya.

Advertisement

Desa Devisa Rotan Sukoharjo menjadi Desa Devisa ke-195 yang didampingi oleh LPEI. Kepala Kantor Cabang LPEI Solo, Irwan Prasetiyawan, menjelaskan saat ini Desa Trangsan memiliki 220 usaha perajin kayu rotan yang aktif memproduksi 150 kontainer kerajinan rotan setiap bulannya.

Tak tanggung-tanggung, di Desa Trangsan juga terdapat total 5.000-6.000 pekerja yang berkontribusi dalam kegiatan produksi setiap harinya. Sementara itu, lebih dari 60% penduduk desa adalah kelompok perajin.

“Harapannya program Desa Devisa Rotan Sukoharjo bisa menjadi bahan bakar semangat dan lokomotif untuk menggerakkan UKM pengrajin rotan yang ada di Desa Trangsan. Sekaligus dapat menambah pendapatan, meningkatkan kesejahteraan, dan memajukan penjualan di skala ekspor,” harap Irwan.

Advertisement

Kendala Pengembangan Produk

Ketua Koperasi Trangsan Manunggal Jaya, Suparji, mengatakan para perajin rotan di Desa Trangsan juga tak lepas dari berbagai tantangan dalam mengelola desa secara mandiri. Gejolak usaha masih terus dirasakan bahkan setelah hampir satu abad berjaya. Apalagi, permintaan yang tinggi menurutnya membuat para perajin terkadang kesulitan memenuhi kapasitas produksi dan pengembangan produk.

“Kendala kita selama ini terjebak pada pengembangan inovasi dari desain yang sudah ada. Tidak seperti perusahaan besar yang memiliki tim risetnya sendiri, para perajin memerlukan pengungkit [pemantik] untuk melahirkan ide segar pengembangan produknya. Terlebih, proses pembuatan kerajinan rotan yang berkualitas butuh perhatian, waktu, dan ketelitian,” jelas Suparji.

Untuk itu pihaknya memerlukan pendampingan dari mentor yang bisa mengarahkan. Ia menyambut baik pendampingan dari LPEI menurutnya sangat disambut baik oleh para perajin. Dengan harapan dapat membantu meningkatkan kapasitas produksi dan skala usaha perajin rotan dari desa ke pasar global.

Advertisement

Kepala Seksi Pelayanan Kepabeanan dan Cukai V, Bea Cukai Solo, Agung Setijono, mengungkapkan Desa Trangsan juga telah terbukti meningkatkan kontribusinya terhadap devisa negara dari tahun ke tahun.

“Desa Trangsan menyumbang devisa lebih dari USD 3 juta di  2019, USD 5,4 juta di 2020, dan USD 5,7 juta di  2021. Program Desa Devisa Rotan Sukoharjo ini dapat menjadi batu loncatan bagi Desa Trangsan untuk meningkatkan kontribusi devisanya secara berkelanjutan,” bebernya.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif