SOLOPOS.COM - Ilustrasi pengeluaran. (Freepik.com)

Solopos.com, WONOGIRIRokok dan tembakau menjadi pengeluaran barang makanan tertinggi kedua rata-rata per kapita wong Wonogiri setelah makanan dan minuman jadi pada 2022. Peringkat itu naik satu tingkat dibandingkan dua tahun sebelumnya.

Pada 2020-2021, pengeluaran rata-rata per kapita untuk rokok dan tembakau masih berada di urutan ketiga. Badan Pusat Statistik (BPS) Wonogiri mencatat selama sembilan tahun terakhir rokok dan tembakau selalu berada di tiga besar tertinggi pengeluaran barang makanan di Wonogiri. 

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Pada periode 2014-2018 rokok dan tembakau berada di urutan ketiga. Kemudian pada 2019 naik menjadi urutan kedua. Dua tahun setelahnya, yaitu 2020–2021 turun kembali menjadi urutan ketiga.

Pada 2022, naik menjadi urutan kedua. Pengeluaran rata-rata barang makanan per kapita wong Wonogiri untuk rokok dan tembakau selalu di bawah makanan dan minuman jadi. 

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Wonogiri, pengeluaran rata-rata rokok dan tembakau per kapita per bulan di Wonogiri senilai Rp62.837 atau 12,24%. Angka itu lebih tinggi dibandingkan angka pengeluaran rata-rata per kapita untuk barang makanan jenis padi-padian dan sayuran yang masing-masing sebesar 9,8% dan 9,7%. 

Sementara untuk pengeluaran makanan dan minuman jadi yang berada di urutan pertama tercatat sebesar 28,48%. Ironisnya, sebagai daerah penghasil ikan air tawar yang berasal dari beberapa waduk seperti Waduk Gajah Mungkur, Pidekso, dan Parangjoho, pengeluaran untuk makan ikan justru hanya 3,6% pada 2023.

Sebagai informasi BPS Wonogiri mengelompokkan barang makanan menjadi 15 jenis, antara lain dari ikan, umbi-umbian, daging, termasuk rokok dan tembakau. 

Kepala BPS Wonogiri, Rahmad Iswanto, menerangkan barang makanan jenis makanan dan minuman jadi memang selalu menjadi peringkat pertama pengeluaran rata-rata per kapita per bulan wong Wonogiri.

Pengeluaran untuk Rokok Selalu di 3 Besar Terbanyak

Yang dimaksud dengan makanan dan minuman jadi adalah segala macam makanan dan minuman yang dibeli dan dikonsumsi langsung oleh penduduk tanpa harus mengolah atau memasak terlebih dahulu.

Lebih lanjut, Rahmad menyebut pengeluaran rata-rata per kapita per bulan untuk rokok dan tembakau juga relatif tinggi dibandingkan jenis barang makanan lain di Wonogiri. Dia menjelaskan pada 2022 pengeluaran rokok dan tembakau naik menjadi peringkat kedua dari yang semula peringkat ketiga pada tahun-tahun sebelumnya. 

Menurut dia, salah satu penyebabnya karena cukai rokok selalu mengalami peningkatan. Hal itu berimbas pada kenaikan harga rokok sehingga pengeluaran rata-rata per kapita wong Wonogiri untuk barang makanan jenis rokok dan tembakau pun meningkat.

Informasi yang dihimpun Solopos.com, kenaikan cukai rokok sejak 2012-2022 rata-rata 8%-12% per tahun. “Komoditas rokok merupakan komoditas yang paling tinggi menyumbang inflasi dari waktu ke waktu sepanjang tiga sampai empat terakhir ini,” kata Rahmad kepada Solopos.com, Kamis (13/7/2023).

Berdasarkan data BPS Wonogiri, persentase wong berumur lima belas tahun ke atas yang merokok sebanyak 22,57% untuk kelompok 40 persen penduduk dengan pengeluaran terbawah, 25,31% untuk kelompok 40 persen pengeluaran tengah, dan 20% untuk kelompok penduduk pengeluaran teratas.

Sebagai informasi, pengeluaran penduduk dibagi menjadi tiga, yaitu pengeluaran 20% paling atas secara ekonomi, pengeluaran penduduk dengan peringkat 41%-80% masuk kategori tengah, dan pengeluaran penduduk dengan peringkat 1%—40% masuk kategori bawah secara ekonomi.

Cara Menekan Pengeluaran untuk Rokok

Salah satu warga Wonogiri yang juga perokok aktif, Ridho Laksana, 24, mengaku biasa menghabiskan dua bungkus rokok per hari. Satu bungkus rokok berisi 19 batang. Sedangkan harga satu bungkus rokok yang ia beli saat ini Rp31.000/bungkus.

Artinya pengeluaran setiap hari wong Wonogiri itu senilai Rp62.000 untuk rokok. Nilai itu lebih tinggi dibandingkan pengeluarannya untuk makan tiga kali sehari.

“Kalau dihitung-hitung, untuk makan, minum, dan jajanan, paling Rp50.000/hari. Lebih sedikit dibandingkan pengeluaran rokok,” ujar Ridho saat ditemui Solopos.com di kawasan kota Wonogiri, Kamis sore. 

Ridho yang mulai merokok tujuh tahun lalu itu mengalami perubahan harga rokok beberapa kali. Harga termurah rokok yang biasa ia beli yaitu Rp15.000/bungkus pada 2017. Kemudian naik menjadi Rp25.000/bungkus pada 2020, dan mulai 2023 harga rokok yang ia beli sudah mencapai Rp31.000/bungkus.

Warga lain yang juga perokok aktif, Suyadi, menyebutkan dalam sehari ia juga menghabiskan dua bungkus rokok dengan harga satu bungkus rokok Rp15.000. Pengeluaran untuk konsumsi rokok dan makanan untuk untuk dia seimbang dalam sehari, masing-masing Rp30.000/hari. 

“Kadang lebih baik tidak makan daripada tidak merokok. Banyak yang seperti itu,” ujarnya. Sementara penduduk Wonogiri lain, Wisnu, memiliki cara untuk menekan pengeluaran rokok dan tembakau. Dia lebih memilih membeli tembakau saja daripada rokok jadi.

“Jatuhnya lebih murah. Biasanya 2,5 kilogram tembakau bisa sampai setengah tahun. Soalnya kan saya melintingnya [membuat rokok] kecil-kecil. Tembakau 2,5 kilogram itu paling [harganya] sekitar Rp300.000,” ucap dia saat berbincang dengan Solopos.com di salah satu warung makan di Wonogiri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya