SOLOPOS.COM - Sebuah hiasan gapura di Kampung Cinderejo Kidul RT 006/RW 009 Gilingan, Banjarsari, Solo, yang diduga merupakan batu penggilingan tebu di era 1800 an, Kamis (21/7/2022) siang. (Solopos/Kurniawan)

Solopos.com, SOLO — Batu berbentuk bulat bergerigi yang diyakini sebagai roda penggiling tebu abad ke-19 atau era 1800-an teronggok di pinggir Jl S Parman, Gilingan, Banjarsari, Solo.

Hal tersebut disampaikan Pengurus Soeracarta Heritage Society, Surya Hardjono, saat dihubungi Solopos.com melalui telepon, Kamis (21/7/2022). Dia mengatakan beberapa waktu terakhir sedang mempelajari batu diduga benda cagar budaya (BCB) tersebut.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

“Saya pas lewat Gilingan, sebelumnya saya sering lewat situ, tapi baru saya gagas kemarin, kok ada geriginya itu apa. Saya pikir itu ember. Terus saya dekati, saya foto, dan saya bandingkan beberapa temuan di daerah lain itu ternyata sama,” tuturnya.

Temuan sebelumnya yang Surya maksud seperti di Bekasi dan Gondangwinangun, Klaten. Bentuk batu bulat yang dia temukan di Gilingan sama persis dengan benda-benda di dua lokasi itu. “Kemungkinan besar itu gilingan tebu,” terangnya.

Surya mengakui belum melakukan observasi atau penelitian lebih jauh tentang batu yang diduga roda penggiling tebu ratusan tahun lalu itu, termasuk bertanya kepada para sesepuh kampung maupun Lurah Gilingan. Tapi dugaannya selaras dengan hasil penelitian komunitas pencinta sejarah, Solo Societeit.

Baca Juga: Wah, Ternyata Ada Makam Kuno Berusia Ratusan Tahun di Kompleks BTC Solo

Disinggung kemungkinan batu itu merupakan alat penggiling padi, Surya tak sependapat. Sebab menurutnya bentuk batu untuk menggiling padi berbeda dengan batu penggilingan tebu. “Kalau gilingan padi lain, bentuknya enggak begitu,” ujarnya.

Wilayah Perkebunan

Surya mengaku sudah pernah membahas temuan batu yang diduga alat penggiling tebu di era 1800-an di wilayah Gilingan, Solo, tersebut dengan komunitas Solo Societeit. Kesimpulannya, menurutnya, temuan Soeracarta Heritage Society selaras dengan hasil penelitian Solo Societeit.

“Mas Dani [Dani Saptoni, Ketua Solo Societeit] cerita kalau daerah situ [Kelurahan Gilingan] dulunya merupakan wilayah perkebunan tebu milik KGPAA Mangkunagoro. Di peta tahun 1861 namanya sudah Gilingan, sudah disebut Gilingan,” paparnya.

Baca Juga: Ada 2 Kampung Kauman di Kota Solo, Sama-Sama Bersejarah Tapi Beda Nasib

Ihwal mekanisme kerja alat penggilingan tebu era 1800-an, menurut Surya, yakni dengan memanfaatkan dua roda batu bergerigi. Untuk memutar roda bergerigi itu menggunakan kerbau yang diikatkan ke batang kayu yang terhubung ke dua roda batu itu.

“Dikasih kayu sehingga dua roda penggilingan bisa muter sama-sama. Nanti tebu ditaruh di tengahnya. Tapi itu memang harus disurvei lagi dan dikaji. Makanya harus tanya orang-orang di situ, utamanya yang sudah sepuh-sepuh,” jelasnya.

Pantauan Solopos.com, Kamis (21/7/2022) siang, batu berwarna hitam dengan bagian atas dicat warna hijau itu menjadi hiasan gapura di Kampung Cinderejo Kidul RT 006/RW 009 Gilingan, Banjarsari, Solo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya