Soloraya
Minggu, 8 Oktober 2023 - 09:17 WIB

Terpilih Aklamasi, Suratno Kembali Nakhodai KTNA Sragen

Tri Rahayu  /  Ponco Suseno  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Anggota DPRD Jateng, Untung Wibowo Sukawati (dua dari kanan) dan Sekda Sragen, Hargiyanto (dua dari kiri) menghadiri hari terakhir KTNA Sragen The Exporience 2023 di Gedung Sasana Manggala Sukowati (SMS) Sragen, Sabtu (7/10/2023). (Istimewa/KTNA Sragen)

Solopos.com, SRAGENKTNA Sragen The Exporience 2023 yang dihelat sejak Kamis-Sabtu (5-7/10/2023) ditutup dengan Rembug Paripurna untuk memilih Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Sragen periode 2023-2028.

Ekspo KTNA itu juga melahirkan dua rekomendasi berkaitan dengan masalah pupuk dan harga gabah serta harapan tentang adanya lumbung gabah di tingkat kecamatan atau desa.

Advertisement

Di sesi terakhir, KTNA mengundang anggota DPRD Provinsi Jawa Tengah, Untung Wibowo Sukawati dan Sekretaris Daerah (Sekda) Sragen, Hargiyanto untuk memberi masukan kepada petani ke depan. Setelah paparan itu dilanjutkan dengan Rembug Paripurna untuk memilih Ketua KTNA Sragen yang baru.

“Dalam AD/ART KTNA itu ada dua kali tahapan pencalonan. Pecalonan pertama minimal mendapat empat suara. Setelah itu baru dilakukan pencalonan kali kedua dan yang jadi harus memiliki suara 50% plus 1. Tetapi baru pencalonan tahap pertama saja, 20 hak suara yang hadir semua memilih saya lagi jadi ketua. Akhirnya pemilihan Ketua KTNA Sragen dilakukan secara aklamasi dan saya menjadi ketua lagi,” jelas Ketua KTNA Sragen, Suratno, kepada Solopos.com, Minggu (8/10/2023).

Advertisement

“Dalam AD/ART KTNA itu ada dua kali tahapan pencalonan. Pecalonan pertama minimal mendapat empat suara. Setelah itu baru dilakukan pencalonan kali kedua dan yang jadi harus memiliki suara 50% plus 1. Tetapi baru pencalonan tahap pertama saja, 20 hak suara yang hadir semua memilih saya lagi jadi ketua. Akhirnya pemilihan Ketua KTNA Sragen dilakukan secara aklamasi dan saya menjadi ketua lagi,” jelas Ketua KTNA Sragen, Suratno, kepada Solopos.com, Minggu (8/10/2023).

Dia menerangkan pemilihan ketua KTNA itu dilakukan lima tahun sekali. Dalam Rembug Paripurna tadi juga dihadiri Sekretaris KTNA Provinsi Jawa Tengah. Dia mengatakan Untung Wibowo Sukawati selaku anggota DPRD Jateng memaparkan konsep pembangunan pertanian ke depan, di mana konsepnya cukup menginspirasi.

Suratno menerangkan Bowo, sapaan akrab anggota DPRD Jateng, menyampaikan ke depan butuh embung-embung di tingkat desa untuk mengatasi kekeringan dan membantu ketahanan pangan. Dia mengatakan dalam paparan itu, Bowo juga berpesan bahwa petani harus memahami situasi dan kondisi.

Advertisement

Dia menjelaskan waktu ekspo terlalu cepat karena setahun sekali yang seharusnya 2-3 tahun sekali.

“Kemudian waktunya juga tidak tepat karena tidak pas dengan musim penggunaan pestisida dan udaranya juga terlalu panas. Kami mengadakan ekspo dengan jarak setahun ini karena menyesuaikan jadwal tahun politik. Kalau di 2024 tidak memungkinkan,” jelasnya.

Dia menerangkan dari sisi konsep sudah benar tetapi perlu ada pengerahan massa petani. Dari jumlah pengunjung itu, Suratno merasa cukup dan petani yang datang juga senang.

Advertisement

Dari sisi pengurus KTNA, kata dia, para tokoh yang hadir termasuk dari pimpinan di tingkat provinsi sehingga KTNA bisa mengetahui kebijakan di tingkat provinsi Jateng.

“Ekspo KTNA ini juga melahirkan rekomendasi-rekomendasi mengingat Sragen sebagai penyangga pangan Jateng dan nasional. Kami berharap ada regulasi yang berisi pembelaan terhadap petani, terutama dalam pemberian subsidi pupuk. Bila memungkinkan ada subsidi pupuk di tingkat kabupaten,” katanya.

Dia mengatakan rekomendasi itu nanti disampaikan ke Bupati yang diharapkan bisa disampaikan ke pemerintah pusat. Selain itu, Suratno juga mengirimkan rekomendasi ke KTNA Jateng.

Advertisement

“Rekomendasi itu berisi tentang dua persoalan petani, yakni persoalan pupuk dan harga gabah. Dia meminta Sragen mendapat perhatian khusus. Dana cadangan untuk pupuk di pemerintah pusat diharapkan bisa diberikan kepada daerah-daerah lumbung padi. Kemudian ada jaminan harga gabah di tingkat petani,” jelasnya.

Rekomendasi yang kedua, kata Suratno, diharapkan ada lumbung-lumbung gabah di tingkat kecamatan atau desa yang dikelola Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) yang dilengkapi dengan alat pengering gabah.

Saat harga jatuh, kata dia, gabah-gabah itu bisa disimpan di lumbung-lumbung gabah sehingga tidak lari semua ke tengkulak.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif