SOLOPOS.COM - Kemeriahan pentas Sendratari Purna Ramayana di Sriwedari meskipun diguyur hujan, Jumat (5/5/2023) malam. (Solpos.com/Mutiara Adinia Soelaiman).

Solopos.com, SOLO — Pentas rutin Sendratari Purna Ramayana di halaman Sriwedari Solo, Jumat (5/5/2023) malam disambut antusias penonton. Hujan deras tak menyurutkan semangat para penari dan penonton.

Pentas dibuka pada pukul 20.00 WIB dengan dua tari spesial. Salah satunya yakni tarian Merak Migel yang dibawakan 10 penari anak-anak.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Guyuran hujan sempat membuat pentas berhenti sekitar 15 menit. Setelah reda, pentas dilanjutkan dengan penuh semangat.

Malam itu, sendratari mengusung judul Geger Goa Kiskendo. Mengisahkan tentang kera merah yang berkelahi dengan para pasukan raksasa di Goa Kiskendo.

Riuh tepuk tangan terdengar menggema begitu pentas rampung. Malam itu, sanggar Sarwi Retno Budaya yang mendapat giliran tampil dalam pentas bulanan Sendratari Purna Ramayana.

Total ada 86 penari dan pengrawit yang mempersembahakan satu kesatuan pertunjukan. Selain tim penari dan pengrawit, total 46 orang diterjunkan untuk mendukung jalanya acara baik dari keamanan, tim lighting, sound, dan para pengatur acara.

Alya merupakan salah satu anak yang mementaskan Merak Migel. Ia mengaku sangat senang. Persiapan merias wajah dimulai pukul 14.00 WIB.

Dia bergabung dalam sanggar Sarwi Retno Budaya sejak Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Ia latihan tari hanya sekitar lima hari. Pentas Sendratari Purna Ramayana merupakan agenda rutin yang setiap bulanya diadakan untuk nguri-uri kebudayaan seni tari.

Acara rutin yang sudah dimulai sejak 2007 di Taman Balaikambang ini memang dipindahkan ke halaman Sriwedari sejak beberapa waktu lalu.

Agenda tersebut dimeriahkan oleh sanggar-sanggar ternama di Solo yang sudah diseleksi tiap tahunnya.  Dalam satu tahun ada sebanyak 13 sanggar yang pentas.

Kasubag Pariwisata Nina Herlina sangat mengapresiasi sanggar Sarwi Retno Budaya yang tetap melanjutkan pertunjukan tari di tengah hujan deras.

“Saya salut karena cuaca yang tidak menentu hujan reda hujan lagi, tapi sanggarnya tetap antusias tidak mau berhenti,” ujar Nina.

Dia juga menambahkan rasa senangnya karena walaupun hujan, penonton menyaksikan pentas tanpa berteduh. Sempat berpikiran untuk pindah ke gedung dalam, namun panggung dan dekorasi sudah terlanjur berdiri sejak semalaman.

Nina menceritakan pekan lalu juga digelar pentas sendratari serupa dalam kondisi cuaca yang cerah. Kala itu penonton yang hadir hampir 10.000 orang.

Penggermar sendratari bukan hanya orang Solo, namun juga luar kota. Nina mengatakan ada penggemar khusus yang rutin tiap bulannya datang untuk menonton yakni rombongan dari Semarang, Bogor, dan Jakarta.

Nina mengatakan agenda Sendratari tersebut menjadi ciri khas Kota Solo. Ia berencana ke depan mengadakan lomba tari Nusantara di Solo.

“Saat ini baru memulai perencanaan. Namun berdasarkan informasi sudah ada peserta dari luar negri yang ingin bergabung,” kata Nina.

Promosi melalui berbagai akun media sosial dikerahkan agar terus melestarikan Sendra Tari.

“Saya penginnya tidak hanya satu bulan sekali tapi bisa dua Minggu [pekan] sekali di dua tempat yang berbeda,” jelas Nina.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya