Soloraya
Minggu, 3 Oktober 2021 - 18:07 WIB

Tertarik Menjelajah Kampung Perajin Wayang Kulit Klaten? Ini Lokasinya!

Taufiq Sidik Prakoso  /  Muh Khodiq Duhri  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - (Espos/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN — Puluhan orang berdatangan ke Dukuh Butuh, Desa Sidowarno, Kecamatan Wonosari untuk mengenal lebih dekat potensi di kampungnya para pembuat wayang kulit tersebut.

Selama setengah hari, mereka menjelajahi berbagai potensi yang dimiliki kawasan yang berada di daerah paling timur Kabupaten Bersinar yang berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo itu.

Advertisement

Seusai seremonial pembukaan di pusat informasi wisata desa wayang, para pengunjung diajak menjelajahi kampung di pinggir Sungai Bengawan Solo tersebut.

Baca Juga: Pegiat Seni dan Budayawan di Klaten Berdoa Bersama agar Virus Corona Hilang

Mereka dipandu bapak-bapak yang merupakan perajin wayang kulit asli Dukuh Butuh menumpang becak dan ontel.

Advertisement

Lokasi pertama yang mereka kunjungi yakni depot jamu yang merupakan hasil olahan ibu-ibu Dukuh Butuh.

Selanjutnya, para pengunjung diajak ke rumah salah satu perajin wayang kulit di Butuh untuk melihat secara langsung proses tatah sungging hingga menjadi wayang kulit.

Baca Juga: Pemkab Klaten Tegaskan Kegiatan Seni dan Budaya Belum Boleh Digelar

Pengunjung lantas diajak ke arena panahan tradisional atau jemparingan. Perjalanan berakhir di pemancingan sembari menikmati sajian kuliner di tepian Sungai Bengawan Solo.

Advertisement

Dari lokasi awal hingga titik akhir, pengunjung disuguhi mural tokoh pewayangan yang menghiasi beberapa tembok rumah warga.

Rangkaian kegiatan yang diikuti sekitar 40 pengunjung itu menjadi bagian dari uji coba kampung wisata wayang di Dukuh Butuh, Desa Sidowarno.

Baca Juga: Edukasi Warga, 10 Situs Cagar Budaya Klaten Dipasangi Papan Informasi

Bergulirnya desa wisata wayang itu merupakan buah dari program corporate social responsibility (CSR) yang digulirkan PT Astra International Tbk. melalui Astra Group Solo.

Advertisement

Salah satu perajin, Sunardi Baron, mengatakan warga Butuh sejak lama memiliki cita-cita kampung mereka bisa maju seperti kampung-kampung lainnya. Dia menjelaskan Butuh tak hanya memilki potensi lain selain kampungnya perajin wayang kulit.

“Kami di kelompok KUBE [kelompok usaha bersama] Bima yang semua perajin wayang kulit ingin membangun kampung supaya indah dan asri serta bisa lebih maju,” kata Sunardi Baron saat ditemui Solopos.com di sela kegiatan.

Baca Juga: Agrowisata Desa Pasung Klaten Punya Koleksi 1.000 Lebih Tanaman Buah

Sunardi Baron menjelaskan di kampungnya ada 70 perajin wayang kulit. Salah satu ciri khas serta keunggulan produksi wayang kulit dari perajin di kampung tersebut yakni bahan baku yang digunakan jenis kulit kerbau.

Advertisement

“Bahan yang paling bagus untuk membuat wayang yakni kulit kerbau. Dalam keadaan panas maupun dingin, wayang tetap kencang dan lebih awet. Keunggulan lain yakni tatahan perajin di sini itu bisa superhalus sampai kasar,” kata Sunardi Baron.

Dia tak menampik pandemi Covid-19 ikut mengguncang para perajin. Sejak 2020, perajin sepi pesanan lantaran para dalang sepi tanggapan menyusul kegiatan pentas wayang kulit yang mendatangkan banyak orang belum diizinkan digelar.

Baca Juga: Wisata Getek Rawa Jombor Klaten Sebaiknya Dikelola BUM Desa

Inovasi membikin desa wisata wayang ini bisa kembali menggeliatkan kerajinan yang ada di Dukuh Butuh.

Ketua KUBE Bima, Mamik Raharjo, menceritakan keahlian membikin wayang sudah dimiliki warga Butuh, Desa Sidowarno secara turun temurun. Jasa para perajin di Dukuh Butuh pun sudah digunakan oleh hampir semua dalang kondang di Indonesia.

Local Champion Kampung Berseri Astra (KBA) Desa Sidowarno, Wahyu Triyono, menceritakan pendampingan yang dilakukan Astra di Dukuh Butuh, Desa Sidowarno sudah bergulir selama tiga tahun terakhir.

Advertisement

Baca Juga: Wisata Klaten Masih Tutup, Umbul Pelem Kehilangan Pendapatan hingga Rp1 Miliar

Kampung itu terpilih menjadi salah satu KBA menyusul nilai kebudayaan yang menjadi ciri khas kampung tersebut sebagai pusatnya perajin wayang kulit.

Wahyu menuturkan ada empat pilar pendampingan yang diberikan dari program yang bergulir selama lima tahun. Keempat pilar itu yakni kesehatan, pendidikan, kewirausahaan, serta lingkungan.

“Dari sisi lingkungan ada bank sampah. Kemudian dari sisi edukasi kami membangkitkan semangat bapak-bapak perajin wayang kulit untuk melanjutkan regenerasi. Kemudian para perajin ini juga memiliki modal tinggi untuk mengembangkan kampung ini menjadi kampung wisata,” kata Wahyu.

Baca Juga: Harus Tutup Saat Hari Libur, Begini Sikap Pengelola Objek Wisata Klaten

Wahyu mengatakan salah satu pendampingan kepada para perajin wayang kulit yakni menggeliatkan organisasi perajin di kampung tersebut. Awalnya, KUBE itu hanya beranggotakan sekitar 13 orang.

Saat ini jumlah anggota KUBE sudah berkembang menjadi 40 orang.

“Warga saat itu masih bingung mau diapakan kampung mereka. Tetapi ini embrionya sudah ada. Selanjutnya tak menutup kemungkinan bapak-bapak yang dulunya hanya perajin, bisa menjadi pelatih dan presentasi tentang pembuatan wayang,” kata Wahyu.

Baca Juga: Talang Air Raksasa “Plengkung Pitu” Siap Dijadikan Ikon Wisata Klaten

Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda dan Olahraga Klaten, Purwanto, mengatakan potensi yang dimiliki Desa Sidowarno terutama di Dukuh Butuh cukup besar.

Tak hanya wayang kulit, di kampung itu memiliki potensi lain seperti payet hingga pengembangan jemparingan.

“Kedepan kami ingin ada penataan ulang. Semoga bisa berkolaborasi dengan desa di sekitarnya dan bisa menjadi wisata edukasi. Syukur di sini ada tempat pementasan wayang kulit,” kata dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif