SOLOPOS.COM - Ratusan umat Muhammadiyah di Kota Solo menggelar Salat Idulfitri di Halaman Pamedan Pura Mangkunegaran Solo, Jumat (21/4/2023). (Solopos/Afifah Enggar Wulandari)

Solopos.com, SOLO — Ratusan umat Muhammadiyah di Kota Solo menggelar Salat Idulfitri di Halaman Pamedan Pura Mangkunegaran Solo, Jumat (21/4/2023) yang diprakarsai Pemuda Muhammadiyah Ranting Keprabon.

Beberapa kantong parkir yang telah disediakan di antaranya Halaman Gedung MTA, Jl Diponegoro dan Jl Ronggowarsito tampak penuh oleh kendaraan.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Pengurus Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Solo sempat tak diberi izin menggelar salat Idulfitri di Pamedan Pura Mangkunegaran.

Izin tersebut didapat setelah PDM bermediasi dengan pihak Pura Mangkunegaran. Proses pengamanan pelaksanaan Salat Idultifri dilakukan oleh aparat kepolisian serta Linmas.

Berdasarkan pantauan Solopos.com di Pura Mangkunegaran, Salat Id dimulai pukul 06.30 WIB. Salat dipimpin imam sekaligus khotib HM Mas Ahmad Dimyati. Dalam khotbahnya dia menyampaikan Hari Raya Idulfitri menjadi buka (iftar) bagi muslim.

Setelah sebulan berpuasa, berjihad memerangi nafsu duniawinya maka muslim tiba dan berbuka dengan momentum Hari Raya Idulfitri. “Hari ini merayakan Hari Raya setelah berjihad melawan hawa nafsu. Bak buka puasa,” ujarnya.

Dimayati berpesan harusnya momen Idulfiri menjadi satu refleksi bagi muslim. Idulfitri bisa menjadi salah satu waktu yang tepat untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Pada hakikatnya, lanjutnya, Ramadan bak rahim bagi umat Islam. Mereka seolah kembali lahir, suci, dan bersih pada Hari Idulfitri.

“Secara esensi, dikembalikan ke jiwa yang bersih,” kata dia.

Ia juga memberikan spirit dan optimisme. Barang siapa berpuasa Ramadan karena iman, niscaya Allah akan mengampuni dosanya yang telah lalu. Idulfitri menjadi pertanda kembalinya muslim ke keadaan yang suci dan mampu membedakan hakikat kehidupan.

“Kembali dan memahami mana yang ‘hidup’ dalam kehidupan,” ujarnya.

Perbedaan jatuhnya Hari Raya Idulftri pun juga menjadi refleksi tersendiri bagi jemaah. Salah satunya, Muhammad Habibi, jemaah salat Idulfitri asal Kelurahan Penumping, Kecamatan Laweyan.

Habibi menilai perbedaan itu menjadi nilai tersendiri bagi Indonesia. Perbedaan itu ia nilai mampu melahirkan ruh dan semangat toleransi.

“Pada dasarnya di Indonesia berbeda-beda. Yang penting meyakini yang kita lakukan dan menghargai yang beda,” kata dia saat diwawancara Solopos.com di lokasi salat.

Habibi menilai jalannya salat Idulfitri di Pamedan Pura Mangkunegaran lancar dan tertib. Ia juga senang akan ada dua salat Idulfitri digelar di sana. Baginya itu menjadi wujud konkret dari toleransi dan kebebasan beribadah.

“Alhamdulilah setahu saya di sini akan ada dua kali salat Idulfitri,” ujarnya.

Seusai melaksanakan salat, para jemaah membawa alas ibadah baik sajadah atau alas plastik sendiri lantas membereskan alasnya. Sehingga Pamedan Pura Mangkunegaran tidak dipenuhi plastik. Jemaah meninggalkan lokasi salat pukul 07.10 WIB.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya