Soloraya
Rabu, 21 Juni 2023 - 20:39 WIB

Tertinggi dalam Sejarah, Harga Biji Kopi Robusta Wonogiri Tembus Rp45.000/Kg

Muhammad Diky Praditia  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Petani kopi robusta asal Puhpelem, Wonogiri, menunjukkan biji kopi robusta puhpelem di Kantor Dispertan Pangan Wonogiri, Rabu (21/6/2023). (Solopos/Muhammad Diky Praditia)

Solopos.com, WONOGIRI — Harga jual biji kopi di Wonogiri melambung tinggi hingga Rp45.000 per kilogram (kg) atau naik 30%. Harga itu merupakan rekor tertinggi sepanjang sejarah di Kota Sukses.

Tetapi kenaikan harga ini justru dikhawatirkan bakal merusak kualitas kopi asal Wonogiri. Petani sekaligus penjual kopi robusta asal Puhpelem, Wonogiri, Mulyono, mengatakan saat ini harga biji kopi asalan atau biji kopi yang dipetik secara asal (tidak petik merah) sudah mencapai Rp32.000/kg di Puhpelem.

Advertisement

Padahal sebelumnya biji kopi dengan kualitas seperti itu paling tinggi seharga Rp25.000/kg. “Selama saya jadi petani kopi belasan tahun, ini harga paling tinggi di Wonogiri,” kata Mulyono saat ditemui Solopos.com di Kantor Dispertan Wonogiri, Rabu (21/6/2023).

Menurut Mulyono, harga biji kopi mulai naik tajam sudah sekitar sebulan lalu. Kenaikan harga ini juga dibarengi dengan kenaikan penjualan. Selama sebulan terakhir Mulyono dan beberapa petani lain di Puhpelem sudah menjual kopi sebanyak 50 ton.

Advertisement

Menurut Mulyono, harga biji kopi mulai naik tajam sudah sekitar sebulan lalu. Kenaikan harga ini juga dibarengi dengan kenaikan penjualan. Selama sebulan terakhir Mulyono dan beberapa petani lain di Puhpelem sudah menjual kopi sebanyak 50 ton.

Angka itu pada umumnya baru bisa dicapai lebih dari sebulan. Mulyono menyebut kenaikan tajam harga jual kopi ini sebuah anomali. Sebab hal itu terjadi ketika dalam masa panen seperti sekarang ini.

Melihat tahun-tahun sebelumnya, ketika masuk musim panen kopi, harga jual kopi pasti turun meski tidak signifikan. “Ini petani kopi lagi senang-senangnya karena harganya tinggi. Cuma, saat ini stoknya lagi langka, sudah diambil terus,” ujar dia.

Advertisement

Menurut dia, kenaikan harga tersebut tidak hanya terjadi di Wonogiri, melainkan berlaku juga secara nasional. Heru menyampaikan harga biji kopi asalan saat ini sudah menyentuh Rp30.000/kg-Rp32.000/kg.

Angka itu merupakan harga tertinggi sepanjang sejarah di Wonogiri untuk biji kopi asalan. Sementara itu biji kopi kualitas unggul (petik merah) tercatat seharga Rp45.000/kg dari yang semula sekitar Rp35.000/kg.

Bumerang bagi Petani

Kendati petani senang dengan kenaikan harga jual kopi ini, tetapi hal itu bisa menjadi bumerang bagi petani. Heru menjelaskan dengan harga tinggi seperti sekarang ini beberapa petani memilih menjual kopi asalan atau bukan petik merah.

Advertisement

Mereka menganggap dengan tanpa petik merah dan melakukan proses panjang sudah bisa mendapatkan keuntungan banyak. “Tetapi dengan begitu kualitas kopi yang mereka jual itu rendah. Jika ini terus berlanjut, akan merusak citra dari mana kopi itu berasal. Brand kopi daerah itu akan dinilai jelek,” kata Heru.

Hal itu bisa terjadi karena kenaikan harga jual kopi Wonogiri juga berlaku di pasar tradisional. Tidak jarang petani kopi yang memilih cara cepat mendapatkan untung dengan menjual biji kopi kualitas rendah ke pasaran.

Dia menambahkan untuk mencegah hal itu terjadi, kelompok tani kopi di Brenggolo sudah menjalin komunikasi yang baik. Antaranggota kelompok juga memberikan pemahaman agar tetap menjaga kualitas kopi dan tidak tergiur dengan kenaikan harga kopi yang diprediksi tidak akan berlangsung lama ini.

Advertisement

Sementara itu petani kopi arabika Girimarto, Wonogiri, Ahmad Suyatno, juga menyampaikan hal serupa. Harga jual biji kopi arabika di Bubakan sudah mencapai Rp75.000/kg dari yang semula Rp60.000/kg-Rp65.000/kg.

Di bubakan, kenaikan harga jual kopi arabika dipicu karena ada pembeli yang dari luar Wonogiri yang berani membeli kopi arabika bubakan dengan harga tinggi.

“Jadi petani kalau kopinya enggak mau kalau dibeli di bawah harga itu oleh orang lokal. Mereka memilih menjual keluar. Itu sebenarnya juga cukup merusak harga juga,” kata Suyatno.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif