SOLOPOS.COM - Rumah Purwadi, pria asal Sengon, Prambanan, Klaten, yang pulang setelah 17 tahun menghilang. Foto diambil Selasa (15/8/2023). (Solopos/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN — Pria asal Desa Sengon, Kecamatan Prambanan, Klaten, akhirnya pulang setelah 17 tahun menghilang. Purwadi, 46, nama pria itu, menghilang pascagempa bumi 2006 karena mengalami tekanan batin akibat permasalahan internal keluarga.

Selama beberapa tahun terahir, Purwadi berada di wilayah Cibinong, Bogor, Jawa Barat. Dia berada di area tempat pembuangan sampah di wilayah tersebut.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Keberadaan Purwadi di sekitar tempat itu sebenarnya sudah diketahui oleh seorang relawan bernama Eko, yang juga berasal dari Klaten, sejak 2019. Namun, Purwadi tak cerita dari mana dia berasal.

Relawan itu terus memantau dan merawat pria asal Prambanan, Klaten, yang menghilang sejak 2006 itu bersama warga sekitar yang secara rutin memberikan makanan kepada pria itu. Hingga pada 2023, Eko bersama Yayasan Ayen untuk Kita yang berkantor di Cengkareng memindahkan Purwadi ke yayasan.

Purwadi kemudian dirawat selama beberapa hari di yayasan. Rambutnya yang gimbal dicukur dan kondisi pria yang sebelumnya kumuh itu kembali bersih. Di yayasan tersebut, Purwadi akhirnya menyebut dari mana dia berasal, yaitu Sengon, Prambanan, Klaten.

Purwadi juga menyebutkan nama kedua orang tuanya. Relawan kemudian mencoba melacak keberadaan alamat yang disebutkan Purwadi.

Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK) Prambanan, Klaten, Sri Wahyu Setyorini, menjelaskan sebelumnya ada salah satu relawan yang meminta konfirmasi dan mengirimkan foto atas nama Purwadi dengan alamat Desa Sengon. Dari informasi itu, Rini kemudian memberi tahu Pemerintah Desa Sengon.

“Akhirnya tertangkap informasi bahwa dia warga Sengon. Sebelum dipulangkan, kami jalin komunikasi dengan keluarga, siap menerima atau tidak, karena sudah sekitar 17 tahun tidak ada kabar sama sekali,” kata Rini saat ditemui Solopos.com di rumahnya, Selasa (15/8/2023).

Rini menjelaskan kondisi pria yang menghilang sejak 2006 itu kepada keluarga di Prambanan, Klaten. Keluarga dalam hal ini sang anak ternyata mau menerima apa pun kondisi sang ayah yang pergi sejak 2006 atau pascagempa bumi.

Setelah komunikasi itu, Purwadi sudah sekitar enam hari berada di Yayasan Ayen untuk Kita selama enam hari kemudian dipulangkan. Purwadi pulang diantar pengurus yayasan dan relawan. Mereka sampai di Prambanan pada Sabtu (12/8/2023), disambut oleh pemerintah desa, keluarga, serta relawan.

Surat Kematian

Disinggung alasan Purwadi pergi meninggalkan rumah, Rini mengatakan dari informasi keluarga sebelumnya Purwadi memiliki permasalahan dengan istrinya. Purwadi yang sebelumnya tinggal di wilayah Jogonalan kemudian pulang ke rumah orang tuanya di Prambanan.

“Ada beberapa tekanan batin karena tidak bisa bertemu dengan anaknya,” jelas Rini. Kala itu, kedua putra Purwadi masih kanak-kanak. Kini, mereka sudah beranjak dewasa. Ketika kali pertama bertemu, Purwadi masih mengingat nama putranya dan orang tuanya.

Rini membenarkan sebelumnya keluarga sempat mengajukan surat kematian untuk pria yang menghilang sejak 2006 itu ke Pemerintah Desa Sengon, Prambanan, Klaten, lantaran tak kunjung ditemukan. Selain itu, pembuatan surat kematian itu juga untuk memperlancar urusan sekolah putra Purwadi.

Hal itu termasuk memudahkan urusan pembiayaan sekolah. Dari informasi yang diterima Rini, surat kematian itu dikeluarkan pada 2011.

Sementara itu, salah satu keponakan Purwadi, Eka Andriyanti, membenarkan pamannya sebelumnya memang memiliki masalah dengan sang istri. Dia mengalami tekanan batin setelah tidak bisa bertemu anaknya.

Sebelumnya, Purwadi sempat pergi dan kemudian bisa dikejar oleh ibunya dan diajak pulang. Ketika pergi untuk kali kedua, keberadaan Purwadi tak diketahui hingga bisa dipulangkan 17 tahun kemudian.

Keluarga kemudian berkonsultasi dan menyarankan agar Purwadi dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan. Purwadi kini menjalani perawatan di RSUP dr Soeradji Tirtonegoro Klaten. “Lega banget akhirnya paman kami bisa pulang,” kata Eka.

Kedua putra Purwadi kini beranjak dewasa dengan satu putra berumur sekitar 27 tahun dan anak kedua berumur sekitar 19 tahun. Putra pertama Purwadi bahkan kini sudah bekerja. Sementara istri Purwadi sudah menikah lagi.

Kedua orang tua Purwadi sudah tiada beberapa tahun lalu. Dulunya, Purwadi bekerja sebagai seorang sopir truk.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya