SOLOPOS.COM - Ilustrasi penganiayaan. (dok Solopos)

Solopos.com, WONOGIRI — Warga Desa Gondangsari, Jatisrono, Wonogiri, AD, menjadi korban penganiayaan oleh sejumlah orang dari desa lain gara-gara unggahan video di akun Tiktoknya.

Kini, kasus penganiayaan itu sudah dilaporkan ke polisi dan sejumlah orang termasuk dua kepala desa sudah diperiksa sebagai saksi. Saat dihubungi Solopos.com, Senin (4/9/2023), AD menceritakan kronologi peristiwa itu serta isi video yang membuatnya dianiaya sejumlah orang.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Ia mengungkapkan pada awal Agustus 2023, tim voli desanya mengikuti turnamen bola voli antardesa se-Kecamatan Jatisrono di Desa Gunungsari, Jatisrono. Tim voli desa AD masuk ke babak final melawan tim voli Desa Gunungsari.

Namun, pertandingan babak final itu batal terselenggara. Hal itu karena tim voli Desa Gondangsari memakai kostum bermotif seragam SD namun warnanya hitam putih.

Warga Jatisrono, Wonogiri, yang menjadi korban penganiayaan itu menyebut tim lawan tidak berkenan bertanding karena kostum yang dikenakan tim voli Gondangsari dinilai tidak beretika. Akhirnya tim voli Gunungsari memilih walk out.

Atas kejadian itu, tim voli Gondangsari dan Gunungsari melakukan mediasi di Kantor Kecamatan Jatisrono. Mediasi berjalan lancar dan kedua pihak berdamai.

Kemudian pada 18 Agustus 2023, tim voli Gondangsari mengikuti turnamen bola voli di desa dan kecamatan lain dan tetap mengenakan kostum bermotif seragam SD.

AD membuat konten video berisi pertandingan itu dan diunggah di akun Tiktok milinya, @lagaligo_voly. Dalam video itu, warga Jatisrono, Wonogiri, yang menjadi korban penganiayaan itu menuliskan pantun berbunyi, “Anggur merah intisari, lawan anak SD jangan lari.”

Menurut dia, video itu ditonton ribuan pengguna Tiktok dan mendapatkan banyak komentar positif. Namun, ada salah satu komentar yang menganggap isi video itu tidak pantas karena dinilai menghina lawan.

Video Permintaan Maaf

Merespons komentar tersebut, AD membuat video lanjutan berisi cuplikan pertandingan bola voli timnya dan memberikan takarir di video itu bertuliskan, “halo warga Tiktok, tolong jawab apakah kostum SD begini menghina lawan.”

“Pada Jumat [25/8/2023] malam, saya tiba-tiba dipanggil dan dijemput orang untuk dibawa ke rumah pak kades [Gunungsari], dimintai klarifikasi atas unggahan video Tiktok itu,” kata AD. 

AD pergi ke rumah Kepala Desa Gunungsari naik mobil dengan anak dan istrinya. Begitu turun dari mobil, tiba-tiba dia mendapatkan pukulan dari beberapa warga Desa Gunungsari. Peristiwa penganiayaan terhadap warga Gondangsari, Jatisrono, Wonogiri, itu terjadi di depan rumah Kepala Desa Gunungsari.

“Setelah dipukuli, saya dibawa ke dalam rumah. Disuruh duduk. Sebelum duduk saya dipukul lagi. Pemukulan itu terjadi di depan istri dan anak saya. Di sana saya diminta bikin video permintaan maaf sesuai apa yang diminta orang di sana dan disuruh menghapus video yang saya unggah kemarin,” ujar dia.

Menurut AD, video yang dia buat soal tim voli desanya yang mengenakan kostum bermotif seragam SD itu sama sekali tidak bermaksud menyinggung tim voli atau warga Desa Gunungsari.

Apalagi rumah istrinya atau mertuanya juga di Desa Gunungsari. Video itu hanya sebagai konten biasa yang dia anggap menampilkan sesuatu yang lucu. Tetapi, ternyata hal itu ditanggapi berbeda oleh warga Desa Gunungsari.

Warga Jatisrono, Wonogiri, itu melanjutkan setelah mengalami penganiayaan di rumah Kepala Desa Gunungsari itu, dia membuat video permintaan maaf kepada warga Gunungsari atas unggahan video sebelumnya. Video permintaan maaf itu diminta untuk diunggah di akun Tiktok pribadinya. 

Kesalahpahaman dan Kurang Komunikasi

“Kata-kata permintaan itu dibuat sana. Saat ada kata-kata yang saya ucapkan dalam video permintaan maaf itu saya tambahi, saya dipukul dari belakang. Saya diancam akan diteruskan massa kalau berani menghapus video permintaan maaf saya itu. Selain itu mereka juga mengancam akan membakar toko ban saya,” ucapnya.

Dia melanjutkan setelah video permintaan maaf selesai dibuat, malam itu AD pulang diantar kepala desa. Hal itu agar dia tidak lagi menjadi sasaran amukan massa yang sudah berkumpul di luar rumah kepala desa.

Malam itu juga AD memutuskan untuk menjalani visum di salah satu rumah sakit. Keesokan harinya, Sabtu (26/8/2023), warga Jatisono itu melaporkan kejadian penganiayaan tersebut ke Polres Wonogiri.

Kepala Desa Gunungsari, Sudiyono, saat dihubungi Solopos.com, Senin, membenarkan ada kejadian pemukulan terhadap AD di depan rumahnya. Namun, Sudiyono mengaku ia dan sejumlah tokoh masyarakat yang berada di sana sama sekali tidak membiarkan hal itu terjadi. 

“Saya yang berada di dalam bersama Kades Gondangsari dan tokoh masyarakat, awalnya sama sekali tidak tahu ada pemukulan itu di luar rumah. Memang pada saat itu sudah ada sejumlah pemuda di luar rumah saya. Akhirnya kami minta AD itu dibawa ke dalam. Saya minta tindakan pemukulan itu tidak dilakukan,” tandasnya.

Di dalam rumah itu, AD dimintai klarifikasi atas unggahan video yang dianggap menyinggung warga Desa Gunungsari. Sudiyono menyebut memang ada penganiayaan lagi terhadap warga Gondangsari, Jatisrono, Wonogiri, itu di dalam rumahnya, tetapi itu sama sekali bukan atas perintahnya.

Sudiyono menyampaikan persoalan penganiayaan itu sebetulnya bisa diselesaikan dengan kekeluargaan. Dia menilai kasus itu disebabkan karena kesalahpahaman. Selain itu juga karena kurangnya komunikasi antara kedua pihak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya