Soloraya
Sabtu, 23 April 2022 - 08:12 WIB

Tidak Tabrakan, Begini Jalannya 2 Kirab Malem Selikuran di Keraton Solo

Afifa Enggar Wulandari  /  Gigih Windar Pratama  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Abdi dalem yang tergabung dalam Lembaga Dewan Adat (LDA) Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat membawa jodang berisi seribu tumpeng saat mengikuti Kirab Tradisi Malam Selikuran Ramadan 1443 H/2022 melintasi Kori Kamandungan kompleks Keraton Solo, Jumat (22/4/2022) malam. (Solopos/Nicolous Irawan)

Solopos.com, SOLO — Dua kirab Malem Selikuran untuk memperingati datangnya malam ke-21 Ramadan berlangsung hampir bersamaan dari kompleks Keraton Solo menuju Masjid Agung pada Jumat (22/4/2022) malam.

Dua kirab tersebut masing-masing digelar Keraton Solo (Paku Buwono XIII) dan Lembaga Dewan Adat (LDA) Keraton Solo. Pantauan Solopos.com, kirab yang digelar Keraton Solo diikuti sekitar 500 abdi dalem.

Advertisement

Acara berlangsung meriah dengan sekitar 1.000 tumpeng dikirab dari Kompleks Keraton Solo melalui Jl Supit Urang menuju Masjid Agung. Tumpeng-tumpeng itu lalu didoakan sebelum dibagikan dan disantap bersama-sama.

Pantauan Solopos.com, para abdi dalem Keraton Solo peserta kirab Malem Selikuran memakai ageman atau busana hitam putih dan jarit. Abdi dalem keraton keluar dari kompleks keraton sekitar pukul 21.00 WIB.

Advertisement

Pantauan Solopos.com, para abdi dalem Keraton Solo peserta kirab Malem Selikuran memakai ageman atau busana hitam putih dan jarit. Abdi dalem keraton keluar dari kompleks keraton sekitar pukul 21.00 WIB.

Baca Juga: Kirab Malam Selikuran Dan Tradisi Unik Lain Keraton Solo saat Ramadan

Namun sejak pukul 19.30 WIB para warga sudah memadati kawasan Kori Kamandungan. Di barisan paling depan, abdi dalem peserta kirab Malem Selikuran membawa lampion berbentuk miniatur masjid didampingi lampion bergambar lambang Keraton Solo.

Advertisement

Setiba di Masjid Agung Keraton Solo, ratusan abdi dalem satu per satu memasuki serambi dan duduk di lantai serambi. Mereka siap menggelar doa Malem Selikuran. Prosesi wilujengan atau doa di Masjid Agung dipimpin oleh Pangulu Tafsir Anom Keraton Solo, Kiai Muhtarom.

Baca Juga: Kirab Malam Selikuran Keraton Solo Digelar 2 Kali, Kok Bisa?

Makna 1.000 Tumpeng

Prosesi doa berlangsung sekitar 15 menit. Setelah itu, acara dilanjutkan dengan pembagian bungkusan nasi tumpeng berjumlah 1.000. Pembagian bungkusan nasi tumpeng dibantu oleh para anggota pencak silat Pagar Nusa yang juga turut dalam rombongan kirab.

Advertisement

Jumlah bungkusan nasi tumpeng yang dibagikan saat Kirab Malem Selikuran di Keraton Solo tersebut punya makna tersendiri. Dengan jumlah 1.000 nasi, pembagian nasi tumpeng tersebut merupakan simbol rasa syukur atas keberkahan Allah.

Dalam ajaran Islam, dalam 10 hari terakhir Ramadan ada malam Lailatul Qadar atau malam seribu bulan. Hal itu diungkapkan Utusan Keraton Solo, KRA Dani Nur Adiningrat, saat ditemui awak media.

“Jumlahnya seribu sebagai wujud syukur, wujud keberkahan, banyak hal. Di situ doa kebaikan karena sudah memasuki sepertiga terakhir bulan Ramadan,” jelas Dani.

Advertisement

Baca Juga: Kirab Malam Selikuran, Tradisi Keraton Solo Sambut Malam Laitul Qadar

Sementara itu, Kirab Malam Selikuran yang digelar Lembaga Dewan Adat (LDA) Keraton Solo berangkat dari Kori Kamandungan Keraton Solo pada pukul 21.30 WIB. Rombongan kirab juga membawa 1.000 tumpeng mengarah ke Masjid Keraton Solo.

Abdi dalem Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat membawa lampion dan lentera saat mengikuti Hajad Dalem Kirab Malam Selikuran Pasa Tahun Alip 1955 tiba di halaman Masjid Agung Solo, Jumat (22/4/2022) malam. (Solopos/Nicolous Irawan)

Sepanjang perjalanan, riuh rendah dari para warga dan pengunjung sekitar Keraton. Barisan pasukan Keraton dibagi dalam beberapa bagian dalam kirab tersebut. Terdapat Pasukan abdi dalem yang membawa alat musik, bendera, pedang hingga lampion.

Pentingnya Malam Lailatul Qadar

Di sekitarnya terdapat remaja yang mendampingi dengan membawa obor atau oncor. Sampai di Masjid Agung, dilakukan doa bersama selama 40 menit dipimpin KRT Siswanto Adipiro. Disusul kemudian sambutan dari Lembaga Dewan Adat (LDA) Keraton Solo GKR Wandansari.

Putri PB XII itu menekankan pentingnya trah Mataram yang berasaskan Islam. Selain itu ia juga menjelaskan pentingnya Malam Lailatul Qadar.

Baca Juga: Kirab Malam Selikuran Keraton Solo, Yusril Ihza Mahendra di Kereta Kencana

Setelah prosesi doa, acara dilanjutkan dengan pembagian bungkusan nasi tumpeng berjumlah 1.000. Jumlah nasi tumpeng yang dibagikan kepada jemaat tersebut punya makna tersendiri.

Salah seorang jamaah Salat Tarawih Masjid Agung Keraton Solo asal Kalijambe, Sragen, Khusnul Khotimah, mengaku baru kali pertama itu mengikuti prosesi Malem Selikuran di Keraton Solo.

“Tadi niatnya tarawih aja sekalian buka bersama. Enggak tahu ada acara ini [Malem Selikuran]. Akhirnya malah jadi tahu,” jelas Khusnul kepada Solopos.com.

Khusnul kemudian membuka bungkusan makanan yang ia dapat seusai mengikuti doa Malem Selikuran. “Dapat ini apa ya. Nasi, kacang sama apa ini. Dibawa pulang,” jelasnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif