SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi


Petani menunjukkan area persawahan yang rusak akibat serangan hama tikus di Dusun Jenggotan, Desa Ngadiluwih, Matesih, Karanganyar, awal pekan kemarin. (Tri Indriawati/JIBI/SOLOPOS)

KARANGANYAR–Petani di Desa Ngadiluwih, Kecamatan Matesih, Karanganyar, dipusingkan dengan serangan hama tikus yang kian merajalela sejak dua bulan terakhir.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Mereka khawatir bakal gagal panen lantaran serangan hama tikus terjadi di 90% area persawahan di seluruh wilayah Ngadiluwih.

Seorang petani asal Dusun Jenggotan, Ngadiluwih, Sudarjo, 51, mengatakan serangan tikus telah berlangsung selama dua periode tanam terakhir. Pada periode tanam lalu, hasil panen menurun hingga 30% karena sebagian tanaman padi milik petani hancur dimakan tikus.

“Kalau yang sekarang lebih banyak lagi tikusnya,  lebih banyak sawah yang rusak. Panen kali ini entah bisa dapat separuh apa enggak,” urai pria yang juga menjadi anggota Kelompok Tani Mugi Makmur itu, saat dijumpai Solopos.com di area persawahan dusun Jenggotan, awal pekan kemarin.

Menurut Sudarjo, serangan hama tikus terjadi secara merata di seluruh wilayah Ngadiluwih. Serangan terparah terjadi di Kebayanan Banjar Sewu dan Kebayanan Dungjangan. Biasanya tikus beraksi malam hari, khususnya setelah turun hujan. Jumlah pasukan tikus yang menyerbu lahan pertanian warga terus meningkat seiring tingginya curah hujan yang terjadi beberapa hari terakhir.

“Makanya saya bingung, kan ini seharusnya sudah mulai masuk musim kemarau, tapi kok di sini masih hujan terus, jadi tikus semakin bertambah,” imbuhnya

Selama ini, petani hanya berupaya memberantas hama tersebut dengan menggunakan racun tikus. Namun, upaya itu belum membuahkan hasil, serangan tikus justru kian meningkat.  “Paling diobati saja, belum ada gerakan untuk membasmi tikus secara bersama-sama,” ujar seorang petani asal Dukuh Ceporan RT 003/ RW 007, Hadi Wasit, 57.

Hadi dan istrinya, Siyem, 45, merasa jengkel menghadapi serangan tikus yang selalu merusak tanaman padi mereka. Tikus bahkan telah memangsa benih tanaman padi yang baru mereka semai beberapa bulan lalu. Menjelang masa panen, populasi tikus justru kian menggila sehingga membuat petani ketir-ketir.

Biasanya, Hadi bisa memanen gabah lima kuintal dari padi yang ditanam di lahan seluas 1000 meter persegi milik tetangganya. Melihat serangan tikus yang kian meluas, Hadi pesimistis bisa memperoleh separuh dari hasil panen yang biasa diperolehnya.

“Kalau yang glidik [bekerja] kayak kami gini ya bisa bangkrut, belum tentu bisa balik modal,” ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya