Soloraya
Sabtu, 22 April 2017 - 15:35 WIB

Tingalan Jumenengan Lancar, PB XIII Saksikan Tarian Bedhaya Ketawang

Redaksi Solopos.com  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Para penari Bedaya Ketawang menari selama sekitar 30 menit dalam Tingalan Jumenengan Sinuhun PB XIII di Keraton Solo, Sabtu (22/4/2017). (Ivan Andimuhtarom/JIBI/Solopos)

Keraton Solo menggelar Tingalan Jumenengan PB XIII.

Solopos.com, SOLO — Prosesi Tingalan Jumenengan Dalem Sinuhun Paku Buwana (PB) XIII berlangsung lancar, Sabtu (22/4/2017). Acara yang kali terakhir digelar sejak 2012 itu menjadi babak baru pengelolaan Keraton Solo.

Advertisement

Kubu Lembaga Dewan Adat (LDA) yang sebelumnya berseberangan dengan Sinuhun, hadir dalam prosesi tersakral dalam jenjang adat di Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat tersebut. Kubu LDA yang hadir antara lain K.G.P.H. Puger, G.K.R. Isbandriyah, G.K.R. Galuh Kencana. Hanya G.K.R. Wandansari Koes Moertiyah dan K.P. Eddy Wirabhumi yang tak tampak dalam prosesi itu.

Sinuhun PB XIII miyos [keluar menuju Sasana Sewaka] sekitar pukul 10.45 WIB. Ia kemudian menuju Dampar Kencana (singgasana) Sasana Sewaka.

Advertisement

Sinuhun PB XIII miyos [keluar menuju Sasana Sewaka] sekitar pukul 10.45 WIB. Ia kemudian menuju Dampar Kencana (singgasana) Sasana Sewaka.

Selanjutnya para sentana (kerabat keraton) melaksanakan laku dodok (berjalan sambil berjongkok) dari sisi utara Sasana Sewaka menuju ke hadapan Sinuhun. Setelah itu, giliran abdi dalem yang melaksanakan laku dodok dari sisi timur Sasana Sewaka.

Lemah gemulai para penari menyajikan tarian Bedhaya Ketawang kemudian tersaji setelah Lurah Bedaya R.T. Sri Mulyani memberikan laporan. Sinuhun sesekali membenarkan kaca mata yang ia pakai. Ia juga beberapa kali mengelap pelupuk matanya dengan tisu.

Advertisement

Sinuhun jengkar atau meninggalkan Dampar Kencana sekitar pukul 11.55 WIB. Ia kembali masuk Dalem Ageng dengan didampingi beberapa sentana.

Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo didampingi Wali Kota Solo, F.X. Hadi Rudyatmo, memberikan sambutan dalam acara itu. Ia mengatakan dirinya bersama beberapa menteri seperti Menteri Pariwisata, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Sekretaris Negara, Gubernur, Wali Kota mendapat perintah dari Presiden untuk hadir dalam acara tersebut.

Tjahjo berharap Keraton Surakarta bisa menjalankan tugas-tugas kekeratonan, termasuk melestarikan budaya bangsa, adat, budi pekerti
luhur dengan berbagai filosofi budaya sehari-hari yang jadi pakem di keraton. Ia juga menyatakan Pemerintah ingin hadir dalam kesempatan itu karena merasa bertanggung jawab mempertahankan budaya keraton-keraton, khususnya Keraton Surakarta.

Advertisement

“Selama RI ada, khususnya Keraton Solo harus tetap ada. Pemerintah ingin sampaikan di bawah kepimpinan PB XIII dan Maha Menteri K.G.P.A. Tedjo Wulan mereka harus mempertahankan keraton sesuai UU No. 11/2010 Tentang Cagar Budaya,” kata dia.

Ia menilai Tingalan Jumenengan hari itu menjadi momentum bagi kebangkitan budaya. Kebangkitan itu tak hanya bagi Keraton Surakarta,
tetapi keraton/kerajaan lain yang ada di Indonesia.

“Keraton Solo jadi barometer kebudayaan di Indonesia. Diharapkan di lingkungan keraton dapat juga menjadi objek pariwisata dalam negeri dan luar negeri,” kata dia.

Advertisement

Kondangan versi LDA, K.G.P.H Puger, mengatakan prosesi Tingalan Jumenengan adalah agenda tahunan. Menurutnya banyak kerabat yang hadir hari itu. “Kalau ada yang tidak datang, mungkin ada kendala transportasi,” kata dia kepada wartawan.

Salah seorang tamu Tingalan Jumenengan asal Kuala Lumpur, Malaysia, Datuk Brian Tan, menilai upacara yang ia saksikan adalah momen yang sangat berharga. Ia berharap bisa belajar dari budaya yang ada di Solo dan Indonesia.

Lelaki yang kali pertama mengikuti Tingalan Jumenengan itu berharap momen itu bisa membawa persahabatan dan kerja sama secara lebih intensif antara Indonesia dengan Malaysia. “Mari berkembang bersama-sama sebagai orang dari Asia Tenggara,” kata dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif