SOLOPOS.COM - Peserta pelatihan pembuatan biosaka di Balai Desa Jambeyan, Karanganom Klaten, Rabu (8/3/2023). (Istimewa)

Solopos.com, KLATEN — Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kecamatan Karanganom mengadakan pelatihan pembuatan biosaka di aula Balai Desa Jambeyan, Rabu (8/3/2023) pukul 13.00 WIB hingga selesai. Kegiatan tersebut ditujukan meningkatkan produktivitas hasil pertanian di wilayah setempat.

Dalam pelatihan yang dihariri perwakilan KTNA, Gapoktan, dan penyuluh pertanian lapangan (PPL), serta Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) tersebut menghadirkan narasumber petani pelaku usaha tani padi dengan biosaka, Suwono dari Desa Tarubasan Karanganom Klaten.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Turut hadir dalam kegiatan itu, Petugas Dinas Pengairan Kecamatan Karanganom, Drs. Nursanto Herlambang dan pegiat/stakeholder pertaniann organik Desa Gempol, Drs. Sudiyono.

Pelatihan kali ini terselenggara atas swadaya KTNA karena belum ada anggaran dari pemerintah desa yang menjadi tuan rumah kegiatan.

Namun pada pada pertemuan KTNA selanjutnya sudah ada pemihakan anggaran dari dana desa untuk alokasi ketahanan pangan sebesar 20% sebagaimana termaktub dalam Permendes No. 8 Tahun 2020.

“Peningkatan SDM petani, kelompok tani, dan Gapoktan juga sama pentingnya dengan kegiatan di masyarakat yang ada di desa, seperti posyandu, PKK yang dianggarkan dari dana desa. Namun, ternyata sektor pertanian yang notebenenya sebagai gerbang ketahanan pangan belum sepenuhnya mendapat perhatian,” kata koordinator PPL BPP Karanganom, Solikhah, seperti dalam siaran pers yang diterima Solopos.com, Sabtu (11/3/2023).

Selama ini, petani sering dihadapkan dengan masalah pupuk subsidi yang jumlahnya terbatas. Sedangkan pupuk nonsubsidi harganya selangit.

Penggunaan pestisida kurang bijaksana mengakibatkan biaya produksi membengkak dan ekologi terganggu. Sehingga inovasi biosaka diharapkan menjadi angin segar bagi para petani.

Terkait pelatihan pembuatan biosaka, Solikhah, membeberkan pentingnya biosaka yang berfungsi sebagai elisitor tanaman yang sudah dikaji secara ilmiah mengandung unsur-unsur yang bisa merangsang sel-sel tanaman tumbuh dan mampu menyerap unsur hara secara maksimal.

“Biosaka adalah cairan dari bahan tanaman/rerumputan yang diketahui mampu melindungi tanaman dari serangan hama penyakit tanaman dan mampu menekan penggunaan pupuk mencapai 50%. Biosaka berbahan dasar dari alam sebagai teknologi baru yang ramah lingkungan murah, dan mudah didapat,” kata Solikhah.

Narasumber pelatihan biosaka, Suwono, mengaku telah membuktikan keunggulan biosaka yang sudah dipakai selama 1,5 tahun terakhir. Setelah menggunakan biosaka, terdapat peningkatan dua kuintal gabah kering panen di areal 2.000 meter persegi. Di samping itu, biosaka juga bisa mengurangi pupuk kimia 50%.

”Yang harus diperhatikan dalam pembuatan biosaka adalah pemilihan bahan. Tanaman yang dipilih harus sehat. Tidak terkena penyakit, tidak berlubang, tidak cacat, dan jangan daun yang menimbulkan rasa gatal. Ambil daun beserta tangkainya kira-kira 40 cm dari pucuk ke bawah. Dalam pembuatannya dibutuhkan segenggam tanaman yang diremas-remas sekitar 30 menit dalam 4-5 liter air dengan arah berlawanan jarum jam,” kata Suwono.

Suwono mengharapkan pembuatan dan pemakaian biosaka ini bisa dipraktikkan para petani di Karanganom sehingga manfaat biosaka ini benar-benar dirasakan petani dari sisi peningkatan produktivitasnya dan penekanan pemakaian pupuk kimia.

Suwono beserta PPL dan BPP Karanganom juga siap mendampingi para petani dalam pembuatan dan pemakaian biosaka.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya