SOLOPOS.COM - Sejumlah alat berat beroperasi meratakan lahan pertanian di Desa Duyungan, Sidoharjo, Sragen, Rabu (16/7/2014) siang. Lahan pertanian produktif dialihkan menjadi pabrik. (JIBI/Solopos/Kurniawan)

Tol Solo-Kertosono, PT PP membantah ada praktik penjualan tanah hasil galian.

Solopos.com, KARANGANYAR–PT Pembangunan Perumahan (PP) selaku salah satu kontraktor proyek jalan tol Solo-Kertosono (Soker) 2015 membantah adanya praktik penjualan tanah hasil galian lahan proyek kepada pihak ketiga atau masyarakat.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Pernyataan tersebut disampaikan Manajer Proyek PT PP, Dwi Sutarto saat ditemui Solopos.com, di kantornya, Sabtu (3/10/2015). Tapi dia tidak membantah kemungkinan adanya uang yang diserahkan pihak pemesan tanah uruk kepada kru angkut. Dia menyebut uang tersebut sebagai uang jasa angkut tanah galian.

“Kalau ada warga yang memberi uang jasa angkut tanah kepada kru angkut kami ya itu terserah warga. Mungkin yang dimaksud penjualan tanah galian tol Soker ya itu. Saya kira itu terserah penduduk yang minta tanah, kan biasanya begitu,” tutur dia.

Dwi mengatakan tanah hasil galian proyek memang dikirimkan kepada masyarakat yang membutuhkan.
Utamanya, dia menjelaskan warga yang tinggal di sekitar lokasi proyek tol Soker. Tujuannya untuk menjaga kondusivitas lingkungan selama pengerjaan proyek.

“Selama ini warga yang membutuhkan memang kami bantu. Tujuannya agar tidak ada masalah sosial di kemudian hari. Tanah hasil galian lainnya kami tempatkan di lahan khusus untuk penimbunan. Jadi kami tidak jual tanah,” imbuh dia.

Lebih jauh Dwi mengklaim hubungan kontraktor proyek dengan warga sekitar proyek cukup baik. Dia mencontohkan tidak adanya resistensi atau gejolak dari warga sepanjang pelaksanaan proyek. Dia berharap tidak ada gejolak sosial selama pengerjaan proyek tol Soker.

“Masyarakat menyambut baik pembuatan jalan tol Soker. Di jalur kami pun tinggal dua bidang tanah yang belum dibebaskan,” sambung Dwi.

Terpisah, Sekretaris Desa (Sekdes) Jeruksawit, Wagimin saat ditemui Solopos.com di kantornya belum lama ini, mengonfirmasi adanya biaya bagi warga yang meminta tanah galian proyek tol Soker. Biaya tersebut bervariasi mulai dari Rp85.000 hingga Rp110.000 per rit.

Dia sendiri mengaku pernah meminta beberapa rit tanah galian tol Soker. Dia membayar Rp85.000 per rit.

“Memang ada biaya bagi warga yang meminta tanah uruk, besarannya tergantung jarak lokasi proyek dengan lahan warga peminta yang akan diuruk,” ujar dia.

Di sisi lain Wagimin berharap pengerjaan proyek jalan tol Soker bisa rampung sesuai target.
Pemdes Jeruksawit siap membantu penyelesaian pembebasan tanah yang sampai saat ini belum mencapai kesepakatan.

Berdasarkan catatan Panitia Pengadaan Tanah (P2T) Karanganyar, masih ada 71 bidang tanah yang belum dibebaskan. P2T menargetkan pembebasan lahan bisa rampung tahun ini.

Sebelumnya, Camat Gondangrejo, Bambang Tri Hastaryo, saat rakor bersama Komisi A DPRD Karanganyar mengungkapkan terjadinya penjualan tanah hasil galian proyek jalan tol Soker. Dia juga mengeluhkan kerusakan infrastruktur jalan akibat banyaknya armada berat yang melintas di Gondangrejo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya