SOLOPOS.COM - Warga Desa Jomboran dan Gumulan, Klaten Tengah, menggelar pertemuan dengan perwakilan pemkab di TPA Jomboran, Kamis (5/2/2015). Warga ngotot agar TPA sesegera mungkin ditutup. (Taufiq Sidik Prakoso/JIBI/Solopos)

TPA Klaten yang terletak di Jomboran sangat meresahkan warga. Karenanya, warga ingin agar TPA itu segera ditutup secepatnya.

Solopos.com, KLATEN Warga di sekitar tempat pembuangan akhir (TPA) Jomboran yang berada di Desa Jomboran dan Desa Gumulan, Kecamatan Klaten Tengah bersikukuh meminta lokasi tersebut ditutup segera. Sementara itu, relokasi TPA baru bisa dilakukan setelah penetapan APBD Perubahan mendatang.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Sikap warga yang mengotot agar TPA ditutup disampaikan dalam pertemuan dengan Dinas Pekerjaan Umum (DPU) serta Badan Lingkungan Hidup (BLH), Kamis (5/2/2015) siang. Berdasarkan pantauan Solopos.com, awalnya pertemuan digelar di kantor Desa Jomboran, Klaten Tengah sekitar pukul 13.00 WIB. Namun, setelah itu warga menghendaki pertemuan dipindah ke TPA. Alasannya, agar DPU serta BLH merasakan sendiri polusi berupa bau dari tumpukan sampah TPA yang setiap hari dirasakan warga.

Dalam kesempatan itu, Kabid Kebersihan dan Pertamanan DPU Klaten, Juwito, meminta warga bersabar hingga Pemkab lahan pengganti ditemukan. Upaya pencarian lokasi baru tersebut paling lama terealisasi dua tahun mendatang. Namun, permintaan tersebut ditolak warga. Warga tetap bersikukuh agar TPA ditutup sesegera mungkin.

Salah satu perwakilan warga Desa Gumulan, Sugiman, menegaskan warga tak lagi menghendaki adanya perpanjangan operasional TPA. “Seperti yang diutarakan tadi. Kami dari tim sembilan sebagai pembawa aspirasi masyarakat menyatakan harga mati TPA Jomboran ditutup karena sudah jenuh merasakan keresahan-keresahan [akibat polusi sampah dari TPA],” jelas dia saat ditemui seusai pertemuan.

Semestinya TPA tersebut ditutup sejak 2008 lantaran kondisinya yang sudah overload. Sugiman menerangkan selama ini warga kerap mengeluhkan diare ketika musim hujan datang. Saat kemarau, warga kerap mengeluhkan pusing yang disebabkan asap dari sampah yang terbakar. “Mau makan kalau kondisi seperti ini [polusi bau dari tumpukan sampah] apa juga tega. Kalau ada yang punya hajatan, saya kerap menemui makanan yang tidak ditutup pasti tidak dimakan karena banyak lalat. Silakan saja datang ketika ada yang hajatan, saya bicara realita, bukan teori,” ujar dia.

Hal senada juga disampaikan perwakilan warga lainnya, Heru. Lantaran hal itu, ia meminta DPU menutup TPA guna meredam kemarahan masyarakat. Pasalnya, warga berencana stand by di sekitar TPA jika penutupan tidak segera direalisasikan Pemkab. “Saya tidak bilang ditutup sementara, tetapi ditutup dulu. Soal sampai kapan itu urusan nanti,” ungkapnya.

Terkait kompensasi dari Pemkab, warga tak lagi tertarik. “Untuk kompensasi kami tidak berani menerima. Kalau warga bisa menerima semua silakan saja. Sampai saat ini warga hanya menghendaki TPA ditutup,” tegas dia terkait keinginannya menutup TPA Jomboran di Klaten.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya