SOLOPOS.COM - Kebo bule mulai diarak keluar dari depan Kompeks Keraton Kasunanan Surakarta, jelang Kirab Malam 1 Sura, Kamis (21/9/2017) malam. Kirab ini menjadi salah satu tradisi malam 1 Sura di Solo. (Ahmad Baihaqi/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SOLO–Setiap malam 1 Sura di Solo, ada sejumlah tradisi malam 1 Sura yang masih dipertahankan hingga saat ini. Di Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat digelar kirab pusaka dengan kerbau keturunan Kyai Slamet sebagai cucuk lampah.

Sedangkan di Pura Mangkunegaran, tradisi malam 1 Sura digelar dengan jamasan dan kirab tapa bisu keliling Pura Mangkunegaran yang diikuti ratusan hingga seribuan orang dengan mengenakan busana jawa lengkap.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Dilansir dari Surakarta.go.id, Kamis (13/7/2023), kirab bertujuan meminta keselamatan dan sebagai sarana instrospeksi agar menjadi lebih baik dari tahun sebelumnya.

Acara ini identik dengan penggunaan kebo bule sebagai sarana kirab. Kebo bule yang digunakan harus berasal dari keturunan kerbau bule Kyai Slamet. Kerbau bule Kyai Slamet bukanlah hewan sembarangan. Pasalnya, ini adalah hewan kesayangan Paku Buwono II, sejak beliau masih berkuasa di Keraton Kartasura.

Hewan tersebut merupakan hadiah dari Kyai Hasan Beshari Tegalsari Ponorogo kepada Paku Buwono II. Mulanya, digunakan sebagai pengawal pusaka (cucuk lampah) bernama Kyai Slamet, saat beliau pulang dari Pondok Tegalsari ketika terjadi pemberontakan pecinan yang membakar Istana Kartasura. Dari situlah, kebanyakan masyarakat menyebutnya kebo bule Kyai Slamet.

Sedangkan, alasan disebut kerbau bule karena warna kulit hewan tersebut warnanya putih agak kemerah-merahan. Hal ini mirip dengan warna kulit orang bule. Tidak seperti warna kulit kerbau pada umumnya, mayoritas berwarna abu-abu gelap. Kebo Kyai Slamet pun berkembangbiak dan menghasilkan banyak keturunan. Sekarang, keberadaan mereka dijaga dan dirawat dengan baik dalam kandang yang diletakkan di Alun-alun Kidul.

Hingga kini, tradisi malam 1 Sura di Solo terutama di Keraton Solo kerbau bule tersebut masih digunakan sebagai cucuk lampah. Ritual berlangsung tengah malam dan tepat pukul 00.00 WIB, kerbau Kyai Slamet akan dikeluarkan dari kandangnya.

Tetapi, ini juga melihat kondisi dari kerbau Kyai Slamet. Karena, terkadang kerbau baru keluar dari kandang selepas pukul 01.00 WIB. Dalam acara ini, sangat tergantung pada kerbau Kyai Slamet. Karena, kirab pusaka belum bisa dilakukan jika kerbau belum keluar dari kandangnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya