Soloraya
Selasa, 11 Oktober 2022 - 11:32 WIB

Tradisi Nawu Kali, Bersihkan Sendang Pitu di Desa Cabean Kunti Boyolali

Nimatul Faizah  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Penggerak Desa Wisata Desa Cabean Kunti, Sulistyanto, mengamati Sendang Lerep atau Penglarepan Petirtaan Cabean Kunti, Cepogo, Boyolali, Rabu (1/6/2022). (Solopos/Ni’matul Faizah)

Solopos.com, BOYOLALI–Pemerintah Desa (Pemdes) Cabean Kunti, Cepogo, Boyolali bersama BUMDes Sendang Pitu dan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Dewi Kunti menyelenggarakan agenda rutin Nawu Kali Anggoro Kasih, Selasa (11/10/2022).

Nawu kali merupakan kegiatan membersihkan lokasi sekitar Petirtaan Cabean Kunti dan menguras Sendang Pitu.

Advertisement

Kegiatan nawu kali setiap selapan atau 35 hari sekali yang jatuh tiap Selasa Kliwon. Dalam bahasa Jawa, Selasa Kliwon memiliki nama lain Anggoro Kasih.

Penggerak Desa Wisata Cabean Kunti, Sulistyanto, mengatakan kegiatan nawu kali telah ada sejak zaman nenek moyang. Kegiatan tersebut bermaksud melestarikan sumber mata air yang ada di desanya.

Advertisement

Penggerak Desa Wisata Cabean Kunti, Sulistyanto, mengatakan kegiatan nawu kali telah ada sejak zaman nenek moyang. Kegiatan tersebut bermaksud melestarikan sumber mata air yang ada di desanya.

Baca Juga: Hore! Pembangunan Jalur Londo Boyolali – Cepogo Bakal Dilanjutkan Tahun Depan

Sulis mengatakan tujuh sendang yang ada di Petirtaan Cabean Kunti semuanya dikuras. Masing-masing petirtaan dikuras oleh perwakilan dari beberapa dukuh.

Advertisement

Ia menjelaskan kegiatan nawu kali harus Selasa Kliwon karena itu merupakan adat turun temurun. Selain itu, Selasa Kliwon menjadi salah satu hari jawa yang disakralkan dan berarti Anggoro Kasih.

Lebih lanjut, Sulis menjelaskan kegiatan hari itu tak hanya sekadar nawu kali. Akan tetapi akan ada kirab tumpengan Kembul Bujono, hiburan berupa senam, dan kegiatan tari budaya.

“Selain itu, ini adalah bentuk nguri-uri kebudayaan dari leluhur. Jadi, kebudayaan ini sudah ada sejak dulu. Dan uniknya, kalau tidak disodakohi atau dikendureni, air itu akan berasa berkurang. Jadi, selain nawu kali, kami ada kenduri sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan karena diberikan air,” jelas dia.

Advertisement

Baca Juga: Dulu Pertirtaan Suci, Kini Cabean Kunti Dilirik Jadi Pusat Konservasi

Kemudian, untuk kirab Kembul Bujono, Sulis menjelaskan akan ada ratusan ambengan yang diarak dari gedung Kanzus Selawat Habib Luthfi di desanya hingga area petirtaan yang berjarak sekitar 50 meter.

Macam isian ambengan, jelas Sulis, ada beberapa seperti jajanan pasar dan tumpeng seger. Namun, ada tumpeng yang wajib ada adalah tumpengan gunungan.

Advertisement

“Tumpeng gunungannya harus ada dua. Itu menandakan kami menghormati Merapi dan Merbabu karena kami hidup di bawah lereng gunug,” jelasnya.

Sementara itu, Kepala Desa (Kades) Cabean Kunti, Khamid Winarti, mengatakan kegiatan Kembul Bujono adalah kegiatan syukuran dari masyarakat dengan adanya sumber mata air yang berguna bagi warga.

Khamid menjelaskan kembul bujono memiliki arti saling berkumpul dengan tidak memandang derajat, pangkat, dan kekayaan.

Baca Juga: Ritual Ngalap Berkah di Pertapaan Pringgodani, Terutama Saat Pemilu

“Jadi setelah bersih-bersih, badannya capai. Maka kami kembul makan bersama dengan tidak melihat derajat orang, pangkat, sugih, semuanya berkumpul menjadi satu,” jelasnya.

Pada malam sebelumnya, Khamid menceritakan telah diadakan malam tirakatan dan selawat dalam menyambut tradisi Nawu Kali di Cabean Kunti.

Lebih lanjut, Khamid menjelaskan di Petirtaan Cabean Kunti terdapat tujuh sendang dan 48 sumur yang telah digunakan untuk warga. Masing-masing sumur, sebut dia, memiliki kedalaman dua hingga tiga meter.

“Airnya dipakai oleh warga Dukuh Cabean, Kedung Banteng, Kunti, Sidorejo, Gajian, Ngargosari, Watu Penganten, Rejosari A, Rejosari B. Kemudian untuk desa sebelah, Desa Candi itu sekitar 1.400 KK yang memakai air dari sini,” sebutnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif