SOLOPOS.COM - Air terjun Girimanik di tengah hutan Desa Setren, Slogohimo, Wonogiri. (wonogiri.go.id)

Solopos.com, WONOGIRI — Masyarakat Desa Setren, Kecamatan Slogohimo, Wonogiri, mengenal dan melaksanakan tradisi Susuk Wangan sebagai ungkapan rasa syukur sekaligus melestarikan sumber mata air yang menghidupi masyarakat setempat.

Tradisi ini digelar setiap Sabtu Kliwon pada Bulan Besar penanggalan Jawa. Dilansir laman budaya-indonesia.org arti dari Susuk Wangan adalah membersihkan saluran air. Susuk Wangan bertujuan mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas keberadaan sumber air yang diberikan-Nya.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Upacara Susuk Wangan ini diadakan oleh masyarakat satu tahun sekali, tepatnya pada Sabtu Kliwon Bulan Besar (Zulhijah). Susuk Wangan dimulai dengan masyarakat yang mayoritas petani bergotong royong membersihkan saluran air.

Tradisi di Desa Setren, Slogohimo, Wonogiri, ini juga dilengkapi dengan tumpengan, kirab aneka hasil pertanian warga, dan ayam panggang yang kemudian didoakan bersama-sama dan dibagikan ke warga yang mengikuti upacara Susuk Wangan ini.

Tradisi membersihkan saluran air ini menjadi penting karena air merupakan unsur penting bagi kehidupan terdapat. Selain itu juga karena mayoritas masyarakat Desa Setren bekerja sebagai petani dan air merupakan faktor penting atas kesuburan lahan pertanian.

Dilansir jurnal berjudul Tradisi Susuk Wagan sebagai Sarana Komunikasi Budaya dan Melestarikan Kearifan Lokal Wonogiri yang diterbitkan ums.ac.id, Susuk Wangan memiliki dua nilai utama, yaitu nilai religius dan nilai guyub.

Nilai religius ditandai dengan adanya kegiatan pemanjatan doa bersama-sama. Susuk Wangan ini sebagai bentuk kepercayaan masyarakat terhadap keberadaan Tuhan Yang Maha Esa dan sebagai rasa berterima kasih mereka atas semua kenikmatan serta pertolongan yang telah mereka terima maupun yang akan mereka terima di kemudian hari.

tradisi susuk wangan wonogiri
Iring-iringan warga membawa ayam panggang pada tradisi Susuk Wangan di Desa Setren, Slogohimo, Wonogiri, beberapa tahun lalu. (Dok Solopos)

Nilai guyub dalam Upacara Susuk Wangan di Desa Setren, Slogohimo, Wonogiri, ini ditandai dengan masyarakat yang bergotong royong membersihkan saluran air, menyiapkan peranti untuk kelancaran acara, serta bersama-sama saling mendoakan keselamatan satu dengan yang lain.

Masyarakat tidak memikirkan dari kelompok mana dan dari wilayah mana, mereka semua bersatu dan membaur untuk menyukseskan Upacara Susuk Wangan.

Arak-arakan Membawa Ubo Rampe

Sementara itu, mengutip laporan tugas akhir Fitri Wulandari dari Fakultas Sastra dan Seni Rupa UNS Solo berjudul Upacara Tradisional Susuk Wangan sebagai Atraksi Wisata di Air Terjun Girimanik Kabupaten Wonogiri, prosesi Susuk Wangan terdiri atas beberapa rangkaian kegiatan.

Prosesi dimulai dari arak-arakan atau kirab dipimpin kepala desa dengan membawa Song-song Ageng atau payung kebesaran, bunga setaman, sesaji tirta amerta, ayam panggang, nasi tumpeng, serta peralatan pertanian. Arak-arakan berjalan dari desa menuju hutan Girimanik.

Sesampainya di gerbang hutan, dilakukan upacara serah terima encek berisi ayam panggang dan nasi tumpeng kepada Bupati untuk kemudian didoakan oleh sesepuh desa. Setelah itu, makanan yang sudah didoakan itu lalu dibagikan kepada warga untuk dimakan bersama.

Sebagian sesaji juga dibawa masuk ke hutan dan ditempatkan di sembilan yang dianggap sakral di hutan Setren, di antaranya pertapaan Girimanik, tiga lokasi air terjun, tiga sendang, dan umbul.

Setelah itu tradisi Susuk Wangan di Desa Setren, Slogohimo, Wonogiri, ditutup dengan aneka hiburan seperti Kethek Ogleng, Tari Gambyong, campursari dan lain-lain. Mengenai keberadaan air terjun di Hutan Setren juga menyimpan cerita tersendiri.

Air terjun di tengah hutan itu konon ditemukan oleh seorang warga bernama Mbah Pono yang bekerja sebagai petani dan peternak kambing. Suatu hari, Mbah Pono mencari rumput dan kayu bakar di hutan Girimanik.

Dia mendengar suara gemericik air dari dalam hutan kemudian berusaha mencari sumber suara tersebut. Betapa senangnya Mbah Pono ketika menemukan sumber suara itu berasal dari air terjun yang sangat indah.

Setelah itu, Mbah Pono memberitahukan penemuannya itu kepada pemerintah kecamatan. Kini, air terjun itu menjadi destinasi wisata dengan Susuk Wangan sebagai atraksinya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya