Soloraya
Rabu, 29 Maret 2023 - 05:59 WIB

Tradisi Unik Masjid Assegaf Pasar Kliwon Solo, Sajian Kopi Rempah saat Ramadan

Wahyu Prakoso  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Suasana Ramadan 2023 Masjid Jami’ Assegaf (MJA) di Jl Kapten Mulyadi, Pasar Kliwon, Solo, Kamis (23/3/2023). (Solopos.co/Wahyu Prakoso)

Solopos.com, SOLO–Ada tradisi unik dan berbeda dengan tempat lain yanng dilakukan Masjid Jami’ Assefgaf (MJA) di Jl Kapten Mulyadi, Pasar Kliwon, Solo ini.

Sajian kopi rempah selama Ramadan menjadi keunikan masjid yang berada di permukiman keturunan Arab di Solo dan masih memiliki ikatan dengan Keraton Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.

Advertisement

Solopos.com berkunjung ke MJA bersamaan dengan kegiatan sore, Kamis (28/3/2023) sekitar pukul 16.00 WIB. Juru masak masjid telah rampung meracik kopi rempah di dapur MJA untuk dibagikan kepada jemaah untuk buka puasa serta dibagikan seusai salat Isya dan tarawih.

Kopi dihidangkan dengan kurma bagi para jemaah. Kopi rempah khas MJA itu merupakan kopi kemasan dengan tambahan jahe serta sereh, daun jeruk, kapulaga, pandan,  kayu manis,  pala, gula pasir, dan gula jawa.  Bahan-bahan itu diaduk pada dandang besar.

Advertisement

Kopi dihidangkan dengan kurma bagi para jemaah. Kopi rempah khas MJA itu merupakan kopi kemasan dengan tambahan jahe serta sereh, daun jeruk, kapulaga, pandan,  kayu manis,  pala, gula pasir, dan gula jawa.  Bahan-bahan itu diaduk pada dandang besar.

Pelaksana Harian Bidang Dakwah dan Pendidikan Yayasan MJA, Ridho Wicaksono, menjelaskan awal mula tradisi membagikan kopi rempah kepada jamaah ketika Warung Barokah memberikan kopi dengan wadah termos ke MJA untuk dihidangkan bagi jemaah setiap Subuh sejak sebelum 1990.

“Biasanya dihidangkan setelah Subuh dan setelah kajian pagi. Selama Ramadan ditiadakan, namun dibagikan untuk takjil buka puasa dan setelah Isya,” kata dia saat ditemui Solopos.com ditemui dikantornya, Kais (28/3/2023).

Advertisement

Pada waktu itu, Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat (Keraton Solo) dipimpin Pakubuwono (PB) X. PB X memiliki putri yang sakit dan sudah berobat ke sejumlah tempat, namun tidak sembuh.

Kabar kedatangan Abu Bakar bin Muhammad As-Segaf  di Kota Solo didengar abdi dalem Keraton Solo hingga PB X. Selanjutnya PB X mengundang Abu Bakar bin Muhammad As-Segaf datang ke Keraton Solo.

“Kemudian diminta berdoa dengan datang ke Keraton Solo untuk kesembuhan putrinya. Alhamdulilah sembuh,” papar dia.

Advertisement

PB X bersyukur serta memberikan tanah untuk dibangun masjid yang kini menjadi bangunan utama MJA, serambi utara, serambi kecil, dan menara MJA. Selanjutnya MJA mengalami pembangunan tahap kedua pada 1970-an, antara lain bangunan lantai II.

“Pembangunan itu diprakarsai oleh Habib Abdulqadir bin Abdurrahman Assegaf. Ayahanda Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf,” ungkap dia.

Ridho mengatakan ada pembangunan tahap ketiga, antara lain pembangunan di selatan masjid, ruang putri, dan kantor sekretariat MJA pada 2012. Adapun jemaah MJA subuh mencapai 300 jemaah dan jemaah subuh ketika Ramadan bisa mencapai sekitar 450 orang.

Advertisement

“Subah banyak jemaah karena iqomahnya 30 menit setelah azan kalau subuh di luar Ramadan,” ungkap dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif