SOLOPOS.COM - Pemuda asal Sambi, Boyolali, penerima beasiswa dari Pemerintah Taiwan asal Boyolali, Arroyan Irsya Dulloh Pram, 22, saat berada di Taiwan, beberapa waktu lalu. (Instagram/arroyanpram)

Solopos.com, BOYOLALI — Kisah sukses pemuda asal Sambi, Boyolali, Arroyan Irsya Dulloh Pram, mengejar beasiswa keluar negeri ternyata berawal dari tragedi. Pemuda asal Dukuh Kebonduren, Desa Demangan, Sambi, itu pernah berada di titik terendah ketika rumah keluarganya terbakar hebat pada 2018 lalu.

Ia pun bertekad mencari beasiswa agar tetap bisa melanjutkan pendidikan dan akhirnya bisa mendapatkan sekolah gratis dari Badak LNG Academy lalu sampai Taiwan. Arroyan mendapat beasiswa dari kampus di Taiwan.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Pria 22 tahun tersebut mengawali sekolah di SDN 1 Demangan Sambi, kemudian SMPN 1 Ngemplak, dan SMAN 2 Solo. Semasa bersekolah di Solo, ia langganan juara lomba olimpiade Fisika. Bahkan, Royan pernah masuk enam besar Olimpiade Sains Nasional (OSN).

Dengan prestasi yang segudang, ternyata perjuangannya untuk masuk perguruan tinggi negeri (PTN) bergengsi di Tanah Air tidak lah mulus. Pada 2018, ia gagal masuk dari jalur undangan hingga seleksi mandiri di tiga universitas yaitu UNS, ITB, dan UGM.

Ia juga mencoba peruntungan mendaftar di STAN, akan tetapi nasib mujur tak kunjung memihaknya. Pada masa itu, pemuda asal Sambi, Boyolali, itu juga mencoba mendaftar delapan beasiswa di Indonesia, enam di antaranya lolos.

Salah satu beasiswa tersebut adalah dari Badak LNG Academy, perguruan tinggi berbasis akademi di kompleks Badak LNG, Kota Bontang, Provinsi Kalimantan Timur.

Di sana ia menempuh D3 Teknik Mesin. Selanjutnya pada 2021 ia berjuang untuk dapat mendapatkan beasiswa ekstensi dari D3 ke S1. Ia mendaftar di berbagai program beasiswa di 10 negara dan diterima di beberapa program. Salah satunya beasiswa internasional dari Pemerintah Taiwan.

Magang Kerja di Taiwan

Akhirnya, pilihan Royan jatuh ke beasiswa di Taiwan. Ia menceritakan sebenarnya program beasiswa lain ia juga sudah lolos. Namun, Royan memilih beasiswa di Taiwan karena pengumumannya lebih cepat dibanding program lain. Sedangkan pada program beasiswa lain masih tahap seleksi.

“Saya lulus [dari Badak LNG Academy] bulan Agustus 2021, itu [beasiswa dari Taiwan] Juli sudah pengumuman. Jadi satu bulan sebelum saya lulus D3 sudah dapat beasiswa di Taiwan. Akhirnya, saya berangkat ke Taiwan dengan program itu,” jelas dia saat melakukan wawancara tatap muka via Google Meet dengan Solopos.com pada Jumat (7/7/2023) malam.

beasiswa pemuda boyolali sambi
Arroyan Irsya Dulloh Pram, pemuda asal Sambi, Boyolali, yang gagal masuk PTN Indonesia tapi malah lolos beasiswa internasional di Taiwan dan MIT Amerika Serikat. (Instagram @arroyanpram)

Beasiswa ekstensi dari D3 ke S1 itu berlangsung selama tiga semester atau 1,5 tahun. Setelah lulus, Royan lantas tidak bisa langsung pulang ke Indonesia. Pemuda Sambi, Boyolali, itu datang ke Taiwan dengan beasiswa pemerintah setempat sehingga harus menjalani magang.

Ia pun memulai magang di perusahaan Taiwan dari Februari 2023 hingga Agustus 2024. Saat ditanya apa yang menjadi alasan Royan gigih berjuang melanjutkan pendidikan dengan beasiswa, ia menjawab sambil matanya sedikit berkaca-kaca.

“Sebenarnya karena beban hidup sih [saya mendaftar banyak beasiswa]. Saya enggak punya banyak pilihan lagi,” kata dia. Ia menceritakan pada tahun terakhir SMA, rumah keluarganya di Demangan, Sambi, terbakar hebat.

Saat itu Royan baru saja pulang dari sekolah. Ia melihat keramaian di sekitar rumahnya. Ternyata rumahnya yang terbakar. Royan menceritakan saat itu ia tidak bisa bergerak karena shock. Ia merasa berada di titik terendah dalam hidupnya.

Bangkit dari Keterpurukan

Selain itu, Royan menceritakan dirinya adalah anak pertama dari lima bersaudara. Sedangkan yang bekerja dalam keluarga hanya ayahnya sebagai guru PNS. Walaupun guru PNS, Royan sempat melihat slip gaji ayahnya.

Ia melihat banyak sekali pengurangan karena harus membayar angsuran bank. Di slip itu gaji sang ayah tersisa Rp500.000. “Saya mikir uang Rp500.000 dipakai untuk menghidupi tujuh orang itu bagaimana. Terus juga ada musibah kebakaran rumah. Jadi pilihan saya waktu itu mau lanjut hidup atau bunuh diri,” jelas dia.

Berusaha bangkit dari keterpurukan, pemuda Sambi, Boyolali, itu memperkuat aspek akademik dan nonakademik untuk bisa mencapai impiannya meraih beasiswa. Berkat ketekunannya belajar, beasiswa demi beasiswa berhasil diraih Royan.

Lima tahun berlalu, Royan mengungkapkan ia masih memiliki ketakutan yang besar bakal berada di titik terendah lagi. “Jadi saya sekarang orangnya work hustle culture banget. Seperti 16 jam sehari begitu harus ada yang produktif, kalau enggak produktif itu bukan saya,” kata dia.

beasiswa pemuda sambi boyolali
Pemuda asal Sambi, Boyolali, penerima beasiswa dari Pemerintah Taiwan asal Boyolali, Arroyan Irsya Dulloh Pram, 22, saat berada di Taiwan, beberapa waktu lalu. (Instagram/arroyanpram)

Saat ini, di sela-sela magang di perusahaan Taiwan, Royan juga aktif menjadi influencer di bidang pendidikan. Ia juga mengikuti sertifikasi dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) berupa Executive Online Professional Certifications from MITx, Course Specifications : Finite Element Analysis, Structural and Material Selections, Mechanical Behavioral of Material.

Program itu ia dapatkan dengan seleksi ketat. Royan menceritakan sebelumnya ia menjadi influencer untuk menyebarkan program course EdX MIT. Dari sana ia mendapatkan gaji dan juga kelas gratis atau free course.

Sertifikasi dari MIT Amerika Serikat

Modal pengaruhnya dalam mempromosikan edX MIT itu menjadi salah satu alasan ia diterima program sertifikasi dari MIT. Selain itu, prestasi akademiknya juga menjadi alasan pemuda Sambi, Boyolali, itu memperoleh beasiswa program sertifikasi tersebut. Pengajar dari sertifikasi MIT, jelas Royan, adalah para ahli yang telah bekerja untuk perusahaan top global multinasional.

Sementara itu, ayah Royan, Sigit Pramono, membenarkan kejadian kebakaran yang menimpa kediamannya pada 2018. Hal tersebut juga membuatnya terpuruk. Akan tetapi Pramono memilih bangkit karena ia tidak ingin kalah dari sang anak.

“Waktu itu memang kebakarannya besar sekali, tembok rumah sampai dijebol saking besarnya api. Bahkan 12 mobil pemadam kebakaran juga kesulitan memadamkan api,” kata dia.

Kini, Pram mengaku sangat bangga dengan pencapaian Royan. Ia menceritakan semasa awal SMP, Royan pernah mendapatkan ranking ketiga dari bawah. Saat itu, Royan sangat suka bermain game online di warnet.

Padahal, semasa SD, anaknya justru juara di SDN 1 Demangan Sambi. Pram yang paham sebenarnya Royan memiliki potensi akademik besar kemudian mengarahkannya untuk membatasi bermain di warnet.



Pram turut mendampingi belajar Royan. Akhirnya ranking Royan di SMPN 1 Ngemplak semakin meningkat. Masuk SMAN 2 Solo, Royan juga sudah langganan ikut olimpiade sejak kelas X.

“Terus kuliah itu dia ikut seleksi Badak LNG Academy, saingannya itu 5.000 orang lebih dari empat kota. Royan waktu itu tesnya di Yogyakarta, saya dampingi terus. Dari 5.000 orang itu akhirnya yang terpilih hanya 17 orang, salah satunya anak saya,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya