SOLOPOS.COM - F.X. Hadi Rudyatmo (JIBI/Solopos/Dok)

Tragedi Mei 1998 di Solo mendorong wacana pembangunan prasasti di TPU Purwoloyo. Namun hal ini tampaknya belum jelas.

Solopos.com, SOLO-Pembangunan prasasti untuk mengenang tragedi 98 di Tempat Permakamam Umum (TPU) Purwoloyo, Solo tak jelas. Pemerintah Kota (Pemkot) Solo masih mencari data autentik guna memastikan adanya korban 98 yang dimakamkan di TPU tersebut.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Wali Kota Solo F.X. Hadi Rudyatmo mengatakan sudah bertemu dengan Komnas Perempuan terkait rencana pembangunan prasasti tragedi Mei 1998. Rudy, sapaan akrabnya mengaku sangat mendukung rencana tersebut. Prasasti itu, menurutnya, sebagai salah satu pengingat sejarah Mei 1998 sehingga diharapkan tak kembali terulang di kemudian waktu.

Namun, Pemkot perlu mencari data pendukung kebenaran para korban 98 yang di makamkan di Solo. “Administrasi pendukung bahwa mereka korban 98 itu apa? Harus mencari data dulu ke rumah sakit, apakah benar itu korban 98 atau tidak,” kata Rudy ketika dijumpai wartawan di Balai Kota, Selasa (12/5/2015).

Rudy mengaku tidak mudah untuk mencari data administrasi korban 98. Selain mencari data di rumah sakit, Pemkot juga memerlukan keterangan keluarga korban. Ditanya mengenai data Komnas Perempuan yang menyebutkan ada 23 korban keganasan tragedi Mei 1998, 19 di antaranya dimakamkan massal dan empat makam pisah semuanya TPU Purwoloyo, Rudy belum bisa memastikan kebenaran data tersebut.
“Kita perlu cari tahu kebenarannya. Yang jelas kami mendukung pembangunan prasasti,” kata Rudy.

Kemungkinan, Rudy mengatakan pembangunan prasasti 98 tidak bisa direalisasikan dalam waktu dekat. Pembangunan prasasti membutuhkan anggaran, serta kepastian kebenaran korban 98. Pemkot tidak menginginkan pembangunan prasasti asal bangun saja. Melainkan benar-benar sesuai dengan sejarah bangsa.

Wakil Ketua Komnas Perempuan Yunianti Chuzaifah sebelumnya mengatakan Komnas Perempuan mengembangkan konsep sistem pemulihan bagi perempuan korban kekerasan, termasuk korban tragedi 98 lewat memoralisasi. Langkah ini merupakan bagian dari tanggungjawab bersama, terutama pemerintah dalam memenuhi hak warganya untuk menjadi pulih karena pengalaman kekerasan yang dialami.

Dia mengatakan rencana pembangunan prasasti memorilisasi tragedi 98 di TPU Purwoloyo sudah dibicarakan dengan Pemkot Solo. Tujuan pembangunan prasasti pertama adalah bagian dari Indonesia untuk merekam sejarah positif maupun supaya tidak terulang. Kedua, pembangunan prasasti bagian dari pemulihan korban melalui kehadiran negara sehingga keluarga merasa tidak ditinggalkan. “Prasasti ini bentuk mengingat sejarah agar tidak terulang kembali,” katanya.

Ibunda aktivis korban tragedi 1998 Leonardus Nugroho Iskandar atau Gilang, Budiarti Fatah berharap ada sebuah prasasti yang dibangun di TPU Purwoloyo. Hal ini lantaran TPU Purwoloyo menjadi saksi sejarah bangsa. Selain itu, pihak keluarga menuntut penuntasan kasus kematiannya yang hingga kini belum menemukan titik terang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya