SOLOPOS.COM - Ketua I Koperasi TRS, Agus, berfoto di mobil feeder yang dia terima dari Dishub, Senin (3/4/2017). (Irawan Sapto Adhi/JIBI/Solopos)

Transportasi Solo, sopir angkuta mengeluhkan pendapatan mereka turun setelah beralih ke feeder.

Solopos.com, SOLO — Sopir angkuta yang sudah beralih ke angkutan pengumpan (feeder) mengeluh pendapatan mereka turun drastis setelah mencoba melayani penumpang sesuai standard operating  procedure (SOP) yang ditetapkan Dinas Perhubungan (Dishub) Solo.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Pantauan Solopos.com, Ketua Koperasi Angkuta Trans Roda Sejati (TRS) Triyono bersama Sekretaris TRS Agus Siswanto mendatangi kantor Dishub Solo, Selasa (18/4/2017) pukul 11.30 WIB. Mereka menemui Kabid Angkutan Dishub Solo Taufiq Muhammmad untuk mengajukan proposal kepada Pemkot terkait permohonan pemberian subsidi bagi sopir feeder dan angkuta. (Baca juga: Pengemudi Feeder BST Dilarang Ngebut dan Merokok)

Triyono mengatakan para sopir menuntut pemberian subsidi dari pemerintah karena pendapatan mereka turun drastis setelah mencoba melayani penumpang sesuai SOP feeder sejak Kamis (6/4/2017) lalu. “Kami menyadari bisa melayani masyarakat lebih baik jika berjalan sesuai SOP. Masyarakat puas dengan tidak adanya angkuta yang ngetem. Kedatangan angkuta juga bisa diprediksi oleh calon penumpang. Masyarakat suka pelayanan angkuta jadi lebih baik dan tepat waktu setelah menerapkan SOP. Tapi penerapan SOP itu sementara merugikan kami,” jelas Triyono saat berbincang dengan Solopos.com setelah bertemu Kabid Angkutan Dishub, Kamis siang.

Triyono menjelaskan kerugian sopir feeder dan angkuta setelah menerapkan SOP adalah terkait pengeluaran mereka untuk membeli bahan bakar minyak (BBM). Sesuai SOP, sopir angkuta dan feeder wajib melayani penumpang minimal 6 rit/hari dengan jarak antarkendaraan (headway) saat waktu puncak paling lama 10 menit, sedangkan waktu nonpuncak paling lama 15 menit.

Dia menyampaikan jumlah rit sesuai SOP tersebut lebih banyak ketimbang jumlah rit sebelumnya yang hanya 3 rit/hari sampai 4 rit/hari sehingga para sopir feeder dan angkuta otomatis harus mengeluarkan uang lebih banyak untuk membeli BBM. (Baca: Subsidi Angkuta Diberikan Setelah Uji Coba SOP)

“Tiap hari kami mendapat keluhan dari sopir feeder dan angkuta yang kehabisan uang. Penghasilan para sopir habis untuk membeli BBM. Beberapa sopir bahkan sambat harus tombok uang karena pengeluaran untuk operasional lebih besar ketimbang pendapatan dari menarik penumpang. Jumlah penumpang feeder dan angkuta sedikit setelah kami beroperasi di jalur baru,” jelas Triyono.

Triyono menjelaskan rata-rata pendapatan sopir angkuta sebelum menjalankan SOP bisa mencapai Rp150.000/hari sampai Rp160.000 hari. Sedangkan setelah melayani penumpang dengan enam kali bolak balik di jalur masing-masing, sopir feeder maupun angkuta hanya memperoleh pendapatan Rp80.000/hari sampai Rp100.000/hari atau habis untuk membeli BBM.

Sopir feeder dan angkuta membutuhkan subsidi segera. Dia menyebut para sopir keberatan jika baru menerima subsidi setelah uji coba pengoperasian feeder baru dan penerapan rute baru selama enam bulan.

“Sebelum launching feeder, kami dapat penghasilan yang bisa dibawa pulang sekitar Rp50.000/hari sampai Rp60.000/hari. Tapi setelah launching itu pendapatan kami dari penumpang habis terus bahkan sampai tombok. Kami sekarang harus jalan 6 rit/hari. Dulu kadang baru 3 rit sudah pulang. Kami enggak mampu kalau harus tarik penumpang tanpa subsidi dari pemerintah. Kalau harus menunggu enam bulan, kami enggak kuat. Uang untuk beli BBM dari mana?” ujar Triyono.

Kabid Angkutan Dishub Solo, Taufiq Muhammad, meminta para sopir feeder maupun angkuta bersabar. Dishub akan mengupayakan pemberian subsidi kepada mereka. Dia yakin lama-kelamaan akan terjadi peningkatan jumlah penumpang pada feeder dan angkuta yang mulai melayani masyarakat dengan teratur.

Taufiq meminta pengurus koperasi TRS maupun koperasi Bersama Satu Tujuan (BST) untuk melaporkan data riil di lapangan terkait jumlah penumpang yang naik feeder dan angkuta. “Saya yakin penumpang pasti akan terus bertambah jika para sopir mematuhi SOP. Di SOP itu kan mengatur soal kepastian waktu operasional feeder. Penumpang kan selama ini butuh kepastian itu. Yang saya pantau armada baru dulu. Saya minta laporan resmi jumlah penumpang feeder per pekan. Berdasarkan laporan yang saya terima, sudah ada kenaikan penumpang feeder sejumlah 3 orang sampai 4 orang per rit. Jumlah itu saya yakin akan terus bertambah jika sopir bisa konsisten,” papar Taufiq.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya