SOLOPOS.COM - Angkutan pengumpan Batik Solo Trans (BST) terparkir di Kantor Dishub Kota Solo, Selasa (10/1/2017). (Nicolous Irawan/JIBI/Solopos)

Transportasi Solo, angkutan pengumpan atau feeder belum bekerja sesuai SOP.

Solopos.com, SOLO — Koperasi angkuta Trans Roda Sejati (TRS) maupun Bersama Satu Tujuan (BST) sama-sama belum bisa mengoperasikan angkutan pengumpan atau feeder sesuai standard operating procedure (SOP) yang ditetapkan Dinas Perhubungan (Dishub) Solo.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Ketua Koperasi TRS, Triyono, mengatakan para pengemudi feeder di koridor 11 tidak sanggup melayani penumpang sesuai target enam rit (perjalanan bolak-balik) per hari sesuai SOP feeder. Pengemudi feeder di eks jalur 02 tersebut hanya mampu melayani penumpang empat rit/hari. (Baca: Dishub Siapkan SP untuk Sopir Feeder Tak Patuh SOP)

Dia menyebut pengemudi kewalahan jika harus melayani penumpang hingga enam rit/hari menempuh rute Pasar Klewer-Donohudan, Karanganyar. Pengemudi menganggap jarak tempuh koridor 11 cukup jauh sehingga harus mempercepat laju feeder jika ingin melayani penumpang hingga enam rit/hari.

Feeder di koridor 11 hanya bisa jalan empat rit/hari. Seharusnya pengemudi memang melayani penumpang enam rit/hari sesuai SOP. Alasan pengemudi tidak bisa jalan enam rit/hari karena jarak koridor 11 jauh. Pernah kami coba melaksanakan ketentuan sesuai SOP, tapi ternyata tidak bisa. Pengemudi tidak mau jalan buru-buru hanya untuk mengejar target rit karena bisa menjadi tidak fokus mencari penumpang,” kata Triyono saat berbincang dengan Solopos.com, Rabu (17/5/2017).

Triyono menyatakan Koperasi TRS sudah melaporkan kendala yang dialami para pengemudi feeder di koridor 11 kepada Dishub. Menurut dia, Dishub bakal mengevaluasi lebih lanjut mengenai operasional feeder. (Baca: Beralih ke Feeder, Sopir Angkuta Sambat Pendapatan Turun)

Koperasi TRS juga mengadu soal kondisi pintu feeder yang tidak memungkinkan jika harus terus ditutup selama perjalanan sesuai dengan ketentuan dalam SOP feeder. Triyono menuturkan kondisi atau bentuk pintu feeder sulit dibuka tutup oleh penumpang maupun sopir.

“Setidaknya kami sudah mencoba melakukan yang terbaik untuk operasional feeder. Sekarang hampir tidak ada angkuta yang ngetem sembarangan. Angkuta mengikuti SOP feeder. Paling tidak angkuta maupun feeder hanya berhenti di ujung rute. Sudah hampir tidak ada yang berhenti lama di tengah jalan menunggu penumpang. Selain itu, angkuta kini juga hampir tidak ada lagi yang balik arah sembarangan kecuali sudah sampai ujung rute,” jelas Triyono.

Pengurus Koperasi BST, Hendro, menyampaikan sebagian pengemudi feeder di koridor 13 juga tidak bisa melayani penumpang hingga enam rit/hari sesuai SOP feeder. Berbeda dengan pengemudi feeder di koridor 11, alasan pengemudi feeder di koridor 13 tidak melayani penumpang hingga enam rit/hari karena terlalu banyak pengemudi yang bergerak di koridor 13.

Di mengatakan sedikitnya ada 30 pengemudi yang melayani penumpang di koridor 13. Pengemudi yang berangkat siang atau akhir terpaksa hanya bisa melayani penumpang di rute Kadipiro-Pasar Klewer sebanyak empat rit/hari.

“Kami modalnya antre. Yang datang duluan bisa jalan pertama mulai pukul 06.00 WIB. Mobil kedua baru boleh jalan pada pukul 06.10 WIB dan seterusnya dengan selisih waktu 10 menit. Per hari rata-rata hanya enam mobil yang bisa melayani penumpang sampai enam rit. Mobil lainnya kurang dari enam rit/hari. Koridor 13 kebanyakan unit armada sedangkan jarak tempuhnya tergolong pendek. Mobil yang dapat giliran jalan terakhir tidak bisa memenuhi enam rit/hari karena ikut pulang jika waktu sudah sore,” jelas Hendro.

Hendro mengakui pengemudi feeder di koridor 13 belum menerapkan tarif flat, yakni umum Rp4.500/orang dan pelajar Rp2.000/orang. Para pengemudi masih menarik tarif seperti saat mengendarai angkuta sebelumnya.

Dia mencontohkan pengemudi hanya menarik uang Rp1.000 kepada pelajar yang menempuh jarak dekat. Pengemudi juga hanya menarik uang Rp2.000 kepada penumpang umum yang menempuh jarak dekat. Hendro menilai tarif flat sulit diterapkan.

“Kami tengah mencoba memberikan pelayanan yang terbaik. Masyarakat yang jelas menginginkan kepastian waktu kedatangan angkuta, misalnya tiap 10 menit sekali. Kami sedang mencoba ke sana,” jelas Hendro.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya