SOLOPOS.COM - Rakit di Sungai Bengawan Solo. (Sunaryo Haryo Bayu/JIBI/Solopos)

Transportasi alternatif getek dari Ngepung ke Gadingan akan beroperasi siang dan malam.

Solopos.com, SOLO — Transportasi alternatif getek di jalur penyeberangan Sungai Bengawan Solo dari Ngepung, Sangkrah, Pasar Kliwon ke Gadingan, Mojolaban, Sukoharjo, bakal melayani warga siang dan malam.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Warga Ngepung sudah memasang lampu sorot di dermaga sungai. Selain itu, warga juga menaikkan kapasitas perahu bambu atau getek, dari yang sebelumnya maksimal hanya bisa mengangkut lima sepeda motor, kini menjadi tujuh sepeda motor. (Baca: Jembatan Mojo Ditutup, Jalur Penyeberangan Ngepung Mendadak Hidup Lagi)

“Sudah kami tambah satu drum di bawah getek itu, agar daya muatnya lebih banyak. Sebelumnya kan hanya kami pasangi delapan drum, tadi malam kami perbaiki kami tambah satu drum, mungkin ini mau kami tambah lagi dua drum,” kata operator getek rakit, Priyatno, warga RT 004/RW 010, Kelurahan Sangkrah, kepada Solopos.com, Rabu (1/11/2017).

Warga Ngepung berinisiatif membuat getek sebagai sarana angkutan menyeberangi Bengawan Solo selama Jembatan Mojo di Semanggi Pasar Kliwon ditutup lantaran ada perbaikan. Perahu penyeberangan itu sebagai salah satu alternatif selain jembatan sasak bambu di Kampung Sewu.

Jika tidak ada rakit di Ngepung atau jembatan sasak di Kampung Sewu, warga harus memutar cukup jauh melalui Jembatan Bacem, Sukoharjo, atau Jembatan Palur, Karanganyar. Terkait rencana operasional getek hingga malam hari, Priyatno akan mempertimbangkan lagi masalah tenaga dayung.

“Lampu sudah kami pasang kemarin [Selasa] sore, memang rencananya mau sampai malam, tapi kalau tenaga dayungnya enggak ada, capek, atau tidak ada yang bisa bergantian, ya sudah istirahat saja,” kata Pri.

Kondisi cuaca juga menjadi pertimbangan namun selama debit air Bengawan Solo masih normal dan bersahabat, mereka berani melayani jasa penyeberangan. “Kalau naik [debit air] sedikit justru enak karena kapal enggak kandas seperti ini kan masih sering kandas, kedalaman sungainya paling hanya 1 meter ini,” tutur dia.

Pada Selasa (31/10/2017), pengelola getek melayani warga yang menyeberang ke Mojolaban dan sebaliknya hingga pukul 18.30 WIB. Pada Rabu kemarin, pengguna jasa getek semakin meningkat. Menurut Pri, ada permintaan dari warga Mojolaban agar perahu penyeberangan itu tetap beroperasi meskipun pekan depan Jembatan Mojo sudah buka. Seperti diketahui, Jembatan Mojo akan ditutup hingga Minggu (5/11/2017).

“Ada permintaan seperti itu, tapi nanti lihat situasi. Kami saja belum berpikir tenaga dayung seberat itu kira-kira bayaran yang pas berapa? Ini di luar konteks membantu lo ya, biar ini bagian dari kegiatan sosial tapi masalah itu perlu dirembuk bersama warga nanti,” papar dia.

Lurah Sangkrah, Singgih Bagjono, mempersilakan warga membuka jasa penyeberangan asal memperhatikan aspek keselamatan penumpang. “Memang dulu di Nambangan itu jadi jalur penyeberangan. Dulu ada kapal kayu, tapi sekarang sudah enggak ada,” tutur Singgih.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya