SOLOPOS.COM - Pengayuh becak menunggu penumpang di kawasan Pasar Klewer Solo, Senin (12/10/2015). Dishubkominfo Kota Solo mendorong pengayuh becak agar tertib administrasi memiliki surat izin beroperasi. (Ivanovich Aldino/JIBI/Solopos)

transportasi Solo, Asita menyambut positif rencana Pemkot Solo menata becak.

Solopos.com, SOLO–Pelaku usaha pariwisata di Kota Solo menyambut positif wacana penataan becak yang akan digulirkan Pemerintah Kota (Pemkot) Solo 2016 mendatang.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Sebelumnya, Pemkot Solo berencana menata tukang becak di Solo untuk menyokong sektor pariwisata Kota Bengawan. Sejumlah skenario penataan meliputi pembekalan pelatihan kepariwisataan, pemberian seragam khusus tukang becak, hingga perayonan operasional becak.

Ketua Association of the Indonesian Tours and Travel Agencies (Asita) Solo, Daryono, menyatakan pihaknya mendukung program pemerintah yang bermuara pada peningkatan pelayanan kepariwisataan Kota Bengawan.

“Wacana penataan ini sangat bagus. Diharapkan tukang becak yang ada di Solo tidak hanya pengayuh becak tapi sekaligus bisa menjadi pemandu wisata,” terangnya saat berbincang dengan Solopos.com, Rabu (14/10/2015).

Daryono mengatakan untuk merealisasi program pemerintah tersebut pihaknya menyarankan segenap tukang becak yang beroperasi di Solo dibekali dengan pengetahuan kepariwisataan.

“Mereka tidak hanya butuh seragam fisik, tapi yang lebih mendasar tukang becak perlu diseragamkan pemahamannya tentang pariwisata. Tidak sekadar destinasi tapi juga memahami perilaku dan pola pikir kepariwisataan. Mereka perlu mengetahui bagaimana membuat nyaman, berlaku tertib, dan ramah tamah” sarannya.

Menurut Daryono, pengetahuan tersebut mendesak diberikan jika ingin mendidik tukang becak sebagai salah satu agen penggerak kepariwisataan Kota Bengawan. “Selama ini kesadaran kepariwisataan tukang becak belum terbangun. Contohnya mereka tak jarang mematok tarif yang terlalu tinggi pada wisatawan. Yang seperti itu bikin turis merasa tertipu,” ujarnya.

Selepas membekali tukang becak dengan pemahaman kepariwisataan, imbuh Daryono, kemasan becak di Solo juga perlu dibuat lebih menarik. “Zaman dulu pemerintah sempat melukis becak yang beroperasi di Solo. Itu membuat tampilan lebih menarik. Yang jauh lebih penting, karakter budaya kita harus kelihatan di moda transportasi tradisional tersebut,” katanya.

Dengan modal keramahtamahan dan kemasan yang menarik, menurut Daryono, keberadaan sekitar 7.500 becak di Solo bisa menjadi daya tarik pariwisata di Solo.

“Kalau kemasan dan hospitality-nya sudah menarik, becak bisa menjadi salah satu variabel pendukung pariwisata di Solo. Tentunya dengan dukungan stakeholder lain pariwisata Solo bisa lebih maju,” ungkapnya.

Sementara itu, Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Solo, Abdullah Suwarno, juga menyambut positif wacana penataan becak di Solo. “Kami sangat menyambut positif. Hanya harapannya bisa berkelanjutan. Tidak hanya jalan berapa bulan lalu mandek lagi seperti yang sudah-sudah,” papar dia.

Abdullah menyarankan pemerintah selektif memilih tukang becak yang nantinya akan diajak bekerja sama mengembangkan kepariwisataan Solo.

Menurut Abdullah, penataan becak di Solo juga mendesak diterbitkan standarisasi tarif sehingga tidak ada lagi keluhan tarif ugal-ugalan dari pelancong yang bertandang ke Solo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya