Soloraya
Senin, 13 Januari 2020 - 18:54 WIB

Trauma, Siswi Tak Berjilbab Korban Intimidasi di Sragen Emoh Sekolah

Muh Khodiq Duhri  /  Ahmad Baihaqi  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Screenshoot percakapan oknum pengurus Rohis yang dianggap mengintimidasi siswa untuk berhijab (istimewa)

Solopos.com, SRAGEN - Z, 16, siswi SMAN 1 Gemolong yang mendapat intimidasi dari pengurus Kerohanian Islam (Rohis) memilih tidak berangkat sekolah karena merasa trauma. Setelah adanya mediasi antara orang tua dan pengurus Rohis pada Senin (6/1/2020) lalu, siswi Kelas X itu berharap masalah sudah selesai.

Pada Selasa (7/1/2020), Z berangkat sekolah seperti biasa dan berharap bisa berlajar dengan nyaman. Akan tetapi, pada waktu itu ia dipanggil Kepala Sekolah untuk diberi pengarahan di hadapan para guru. Pada waktu itu, Z merasa takut dan sempat menangis.

Advertisement

Kera Liar dan Ayam Hutan Serang Lahan Petani Selo Boyolali

“Saya tidak bisa berkata apa-apa dan hanya menangis. Lalu kepala sekolah menyuruh saya kembali ke kelas dan mengatakan kalau itu menjadi pelajaran untuk saya,” ujar Z dalam pernyataan tertulisnya yang diterima Solopos.com, Senin (13/1/2020).

Karena merasa tidak nyaman di kelas, Z meminta dijemput oleh ayahnya AP. Akan tetapi, AP pada waktu itu masih berada di Jogja sehingga tidak bisa menjemput. Keesokan harinya, Z tidak berani berangkat sekolah.

Advertisement

“Saya tanya kenapa tidak mau sekolah? Dia malah nangis di pojokan kamar. Sampai Senin [13/1/2020], anak saya masih takut berangkat sekolah. Saya sudah berusaha membujuknya, namun dia malah menangis karena takut,” ucap AP.

Saat Z tidak berangkat sekolah, perwakilan SMAN 1 datang ke rumahnya di Kecamatan Miri pada Jumat (10/1/2020). Pada awalnya, AP mengira kedatangan mereka untuk memotivasi anaknya supaya berangkat sekolah lagi. Betapa kecewanya dia saat mengetahui maksud kedatangan mereka tak lain untuk meminta tanda tangan surat pernyataan bahwa masalah itu sudah diselesaikan secara kekeluargaan.

“Bukannya ikut memotivasi supaya anak saya mau sekolah, malah meminta tanda tangan surat pernyataan. Saya tentu tidak mau, saya menolak tanda tangan surat pernyataan damai itu. Wong tidak ada perang kok tiba-tiba minta damai,” ujar AP.

Advertisement

Sempat Terhenti, RSUD Simo Boyolali Kini Sudah Bisa Layani Pasien BPJS

Ditemui sebelumnya, Kepala SMAN 1 Gemolong, Suparno, membenarkan telah bertemu Z setelah mediasi. Pada saat itu, Suparno bermaksud memberikan dorongan motivasi kepada Z. Akan tetapi, pada saat itu, raut wajah Z menandakan bila ia sedang tertekan.

“Setelah mediasi, saya menganggap masalah ini sudah selesai. Kami berharap Z bisa bersekolah lagi dengan nyaman. Namun, saya lihat wajahnya merah. Sepertinya dia masih merasa tertekan,” papar Suparno.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif