Soloraya
Kamis, 7 Desember 2023 - 21:27 WIB

Tren Kasus Femisida Cenderung Meningkat, Solo Turut Jadi Perhatian

Maymunah Nasution  /  Ika Yuniati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Konsolidasi Kampanye Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan oleh Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan di Harris Hotel Solo, Kamis (7/12/2023). (Solopos.com/Maymunah Nasution)

Solopos.com, SOLO — Kasus femisida cenderung mengalami peningkatan selama 2023. Hal ini menjadi perhatian khusus oleh Yayasan SPEK-HAM maupun Komnas Perempuan.

Khususnya di wilayah Solo, Direktur Yayasan SPEK-HAM, Rahayu Purwaningsih, mengingatkan kasus femisida terbaru yakni pembunuhan seorang mahasiswi Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) di Pantai Ngrawe, Kelurahan Kemadang, Gunungkidul, pada 15 November 2022 lalu.

Advertisement

Korban dibunuh oleh pelaku yang merupakan kekasihnya sendiri. Pembunuhan berencana tersebut dilakukan karena korban tengah hamil dan pelaku tidak mau bertanggung jawab.

Secara definisi, femisida yakni bentuk kejahatan kebencian berbasis jenis kelamin, atau juga disebut sebagai pembunuhan yang disengaja terhadap perempuan karena mereka adalah perempuan.

Advertisement

Secara definisi, femisida yakni bentuk kejahatan kebencian berbasis jenis kelamin, atau juga disebut sebagai pembunuhan yang disengaja terhadap perempuan karena mereka adalah perempuan.

“Saya rasa akhir-akhir ini kita mulai sering mendengar kekerasan seksual pada perempuan, ini adalah bentuk kekerasan femisida yang sering berakhir nahas yaitu pembunuhan. Ini tentunya menjadi situasi yang memprihatikan dan menunjukkan jika porsi pemenuhan hak korban belum sepenuhnya terpenuhi,” papar Rahayu atau Ayu saat berdiskusi dalam forum Konsolidasi Kampanye 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan 2023 oleh Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) di Hotel Harris Solo, Kamis (7/12/2023).

Ayu mendesak pelaku kasus-kasus femisida harus dihukum secara serius karena menghilangkan nyawa orang lain. Dia juga berpendapat awareness masyarakat atas kasus kekerasan seksual (KS) dan kebencian terhadap perempuan harus ditingkatkan.

Advertisement

“Kami belum bisa memaparkan jumlahnya karena Komnas Perempuan tengah mengumpulkan data untuk Catahu [Catatan Akhir Tahun] baik lewat pengaduan langsung maupun dari lembaga mitra layanan, tetapi dalam [fase] awal kami menemukan kasus femisida ini terjadi karena perempuan dibunuh atau bunuh diri,” ujar Tias saat diwawancara Solopos.com setelah acara selesai.

Tias melanjutkan, femisida berupa kasus bunuh diri oleh perempuan terjadi karena biasanya perempuan tersebut mengalami kekerasan berbasis gender dan mengalami tekanan psikologis akibat banyak faktor, hingga akhirnya memilih mengakhiri hidupnya.

Sementara itu, femisida berupa kasus pembunuhan terhadap perempuan terjadi karena kebencian terhadap para perempuan.

Advertisement

Tias berharap data mengenai kasus tersebut segera terkumpul agar Komnas Perempuan dapat memberi penanganan yang tepat atas tren femisida.

Namun menurutnya melihat banyaknya kasus serupa yang viral dan banyak dibicarakan masyarakat, tren femisida justru meningkat selama 2023.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif