Soloraya
Jumat, 21 Juli 2023 - 22:01 WIB

Tren Terus Menurun, Angka Kemiskinan Wonogiri 2024 Diyakini di Bawah 10%

Muhammad Diky Praditia  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi kemiskinan. (Freepik)

Solopos.com, WONOGIRI — Jumlah penduduk Wonogiri yang masih hidup di bawah garis kemiskinan menunjukkan tren yang terus menurun. Pada 2022, angka kemiskinan Kota Sukses turun 0,56% dibanding 2021 menjadi 10,99%.

Pemkab Wonogiri masih optimistis dengan target menurunkan angka tersebut menjadi satu digit atau di bawah 10% pada 2024. Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Penelitian dan Pengembangan (Bappeda Litbang) Wonogiri, Heru Utomo, mengatakan berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), masih ada 105.190 penduduk miskin dari total jumlah penduduk Wonogiri sebanyak 1.057.087 jiwa. 

Advertisement

Selain itu berdasarkan data Pensasaran Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem (P3KE), masih ada penduduk miskin ekstrem di 71 desa di 23 kecamatan. Ia masih cukup yakin Wonogiri masih bisa menurunkan angka kemiskinan jadi satu digit saja sekaligus menghapus kemiskinan ekstrem di 71 desa itu. 

“Kalau melihat tren penurunan, pada 2024 angka kemiskinan di Wonogiri itu antara 8,6%-9,8%,” kata Heru kepada Solopos.com, Jumat (21/7/2023). Menurut dia, ada empat kebijakan yang ditempuh Pemkab Wonogiri dalam mengurangi angka kemiskinan.

Advertisement

“Kalau melihat tren penurunan, pada 2024 angka kemiskinan di Wonogiri itu antara 8,6%-9,8%,” kata Heru kepada Solopos.com, Jumat (21/7/2023). Menurut dia, ada empat kebijakan yang ditempuh Pemkab Wonogiri dalam mengurangi angka kemiskinan.

Pertama, mengurangi beban pengeluaran dengan cara seperti pendidikan gratis, pemberian bansos, pelayanan kesehatan gratis, dan beasiswa mahasiswa prestasi. Kedua, meningkatkan kemampuan dan pendapatan masyarakat miskin dengan cara antara lain pelatihan kerja, bantuan kredit kepada usaha mikro kecil. 

Ketiga, mengembangkan dan menjamin keberlanjutan usaha mikro dan kecil melalui pelatihan berusaha, dan fasilitasi perizinan berusaha. Keempat, menyinergikan kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan dengan cara mengelola data fakir miskin, sinergitas perencanaan penanggulangan kemiskinan antarorganisasi perangkat daerah.

Advertisement

Dia melanjutkan garis kemiskinan di Wonogiri pada 2022 tercatat senilai Rp376.763/orang/bulan atau Rp12.558/orang/hari. Artinya orang harus mengeluarkan uang lebih dari itu untuk keluar dari status miskin.

Caranya, dengan mendekatkan sentra-sentra kegiatan ekonomi secara merata dan menyeluruh di semua wilayah. “Ini yang harus dilakukan, di kegiatan-kegiatan ekonomi harus didekatkan kepada semua lapisan masyarakat. Jangan hanya terpusat di kota. Dengan begitu, roda ekonomi bergerak, pengeluaran orang pun meningkat,” ucapnya.

Menurutnya, hal itu bisa menjadi strategi jangka panjang untuk mengatasi kemiskinan. Adapun jangka pendeknya yaitu bisa melalui program padat karya.

Advertisement

Ihwal penghapusan kemiskinan ekstrem, Heru menjelaskan ada delapan indikator kemiskinan ekstrem di Wonogiri yang harus diintervensi antara lain rumah tidak layak huni, tidak bekerja, dan tidak memiliki memiliki listrik.

“Saat ini, delapan indikator itu sudah mulai dikeroyok dengan program yang dianggarkan dari APBN, APBD, dan CSR [corporate social responsibility]. Misalnya penanganan RTLH, kami sudah kolaborasikan tiga sumber anggaran itu,” jelas dia.

Terpisah, Bupati Wonogiri, Joko Sutopo, menyebut penurunan angka kemiskinan sebesar 0,56 pada 2022 tersebut bisa terjadi karena kolaborasi realisasi penggunaan anggaran baik dari daerah kabupaten, provinsi, dan pusat di Wonogiri tepat guna juga tepat sasaran.

Advertisement

Pertumbuhan Ekonomi Naik

Pada sisi lain, kenormalan baru pascapandemi Covid-19 cukup memengaruhi peningkatan ekonomi masyarakat. “Mulai ada kenormalan, kegiatan-kegiatan kami stabil, penyerapan dan penyebaran tenaga kerja juga cukup rata. Potensi-potensi ekonomi di luar pertanian juga cukup stabil. Maka daya belinya ikut stabil,” kata Joko baru-baru ini.

Jekek, sapaan akrabnya, menjelaskan program-program padat karya yang melibatkan banyak warga menjadi kunci kestabilan ekonomi masyarakat. Melalui program padat karya seperti pembangunan jalan usaha tani atau jalan kabupaten membuka lapangan pekerjaan bagi warga.

Dengan demikian, mereka mendapatkan upah sehingga mempunyai kemampuan daya beli. Roda ekonomi berjalan stabil. Dia meyakini tingkat kemiskinan di Wonogiri bisa terus turun hingga mencapai satu digit (di bawah 10%) pada akhir masa jabatan sebagai bupati pada 2024.

Hal itu berdasar pada pertumbuhan ekonomi di Wonogiri yang juga menunjukkan tren positif. Pada 2022 pertumbuhan ekonomi di Wonogiri naik 2,28 menjadi 5,6 dibanding 2021. 

“Kami perkuat lagi potensi-potensi program yang bersumber dari luar APBD Wonogiri. Misalnya kami kolaborasikan dengan desa, agar desa membuka ruang-ruang potensi pekerjaan seperti melalui padat karya,” jelas dia. 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif