SOLOPOS.COM - PEDAGANG -- Para pedagang yang berjualan di kompleks TSTJ beberapa waktu lalu. Para pedagang saat ini menolak jika ada kebijakan relokasi terkait upaya Pemkot Solo menggandeng investor untuk pengelolaan TSTJ. (JIBI/SOLOPOS/Dwi Prasetya)

PEDAGANG -- Para pedagang yang berjualan di kompleks TSTJ beberapa waktu lalu. Para pedagang saat ini menolak jika ada kebijakan relokasi terkait upaya Pemkot Solo menggandeng investor untuk pengelolaan TSTJ. (JIBI/SOLOPOS/Dwi Prasetya)

SOLO – Pedagang di Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ) meminta agar tidak direlokasi jika nantinya ada kerja sama antara direksi dan investor dalam pengelolaan kebun binatang itu. Saat ini aset TSTJ sedang menjalani appraisal atau ditaksir nilainya oleh tim dari Pemkot Solo.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Salah satu pedagang yang berjualan di ujung timur TSTJ, Sri Mulyati, mengaku sudah dua kali direlokasi. “Semisal ada investor masuk, kami tidak masalah. Tapi jika ada penataan ulang, pedagang tetap pada posisi. Renovasi oke, relokasi no!,” tukas dia.

Ia merasa trauma terhadap investor yang dulu mengelola TSJT. Dulu, saat dikelola PT Citra Perkasa tahun 1999 pedagang juga sering direlokasi. Menurutnya, relokasi itu seringkali tidak memikirkan aspek dari sisi pedagang. Pedagang seringkali direlokasi di tempat yang tidak strategis, sehingga dagangannya tidak laku. Apalagi, pedagang harus mengeluarkan biaya sendiri untuk merapikan tempat baru yang biasanya masih berupa lahan kosong dan semak-semak itu.

Senada dengan yang dilontarkan Sri Mulyati, pedagang yang sudah berjualan selama 32 tahun di TSTJ, Darti, juga merasa keberatan jika masuknya investor ke TSTJ nantinya akan mengakibatkan kebijakan relokasi pedagang. Ia mengatakan kebijakan pemindahan lokasi pedagang biasanya disesuaikan dengan pergantian kepemimpinan TSTJ. “Setiap ganti direktur, pedagang pasti disuruh pindah tempat berjualan. Kami dibuat pusing, ujung-ujungnya kami yang merugi karena harus merenovasi sendiri tempat berjualan,” tegasnya.

Pedagang lainnya, Emi Rejeki dan Rita, yang berjualan makanan di sisi tenggara TSTJ, kawasan di bantaran Sungai Bengawan Solo juga tidak mau direlokasi. Meskipun mereka sering kebanjiran, tapi mereka telanjur nyaman dengan lokasi berjualan saat ini. “Kalau di sini itu sering dilewati pengunjung. Jadi peluang jualannya lebih besar. Kalau masalah banjir itu sudah resiko kami,” ujar mereka.

Direktur Utama Perusda Taman Jurug, Lilik Kristianto, mengatakan kepentingan pegawai dan pedagang di TSTJ tetap akan diakomodasi dalam bentuk apapun. “Jelas akan kita perhatikan nasib pedagang. Pedagang juga saat terbuka dengan direksi. Ada apa-apa selalu dikomunikasikan kepada kami,” terangnya.

Lilik berjanji akan terus memperjuangkan nasib pegawai dan pedagang di TSTJ. “Kalau untuk pegawai rencananya bukan dikurangi tapi akan kami tambah. Terutama untuk dokter hewan agar memperkuat konservasi,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya