SOLOPOS.COM - Ketua DPRD Karanganyar Bagus Selo (tengah) didampingi Ketua SSR MSI Karanganyar, Darsi (kanan), dan Kepala Sub Koordinator Seksi P3M Dinas Kesehatan Karanganyar, Sri Winarno (kiri) menyampaikan materi konferensi pers Upaya Kolaborasi Penanggulangan TB Karanganyar, Senin (31/10/2022) di Gaum, Kecamatan Tasikmadu, Karanganyar. (Solopos.com/Akhmad Ludiyanto)

Solopos.com, KARANGANYAR — Realisasi temuan kasus tuberkulosis (TB) di Kabupaten Karanganyar masih jauh dari target. Besar kemungkinan kasus TB di lapangan jumlahnya lebih banyak dibandingkan yang terdata.

Dibutuhkan peran dan kerja sama dokter praktik dan rumah sakit swasta untuk melaporkan kasus TB tersebut.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Kepala Sub Koordinator Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular pada Dinas Kesehatan (Dinkes) Karanganyar, Sri Winarno, mengatakan pada 2022 seharusnya ditemukan 1.800 kasus positif TB di Bumi Intanpari ini. Namun hingga bulan September baru ditemukan sekitar 600 kasus positif.

Hal tersebut diungkapkan dalam konferensi pers Upaya Kolaborasi Penanggulangan TB Karanganyar yang diadakan Sub-Sub Recipient (SSR) Mentari Sehat Indonesia (MSI) Karanganyar, Senin (21/10/2022) di Gaum, Kecamatan Tasikmadu, Karanganyar.

Baca Juga: Temuan TB Paru di Boyolali Terus Meningkat, September Capai 761 Kasus

“Di Karanganyar untuk menemukan terduga dan kasus TB masih jauh dari target. Dengan rumus penghitungan tertentu, di Karanganyar pada 2022 seharusnya ditemukan 1.800 kasus positif. Tapi sampai bulan September baru sekitar 600 kasus,” ujarnya.

Ia menjelaskan untuk menanggulangi penyakit menular tersebut memang harus dilakukan dengan strategi. Yakni menemukan sebanyak-banyaknya terduga TB atau orang yang memiliki gejala klinis TB. Misalnya batuk-batuk, berdahak, demam, malam hari berkeringat meski tidak beraktivitas, dan berat badan berkurang.

“Untuk menemukan terduga sebanyak-banyaknya ini harus melibatkan seluruh elemen masyarakat. Seperti amanat Undang-Undang Kesehatan bahwa kesehatan itu bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga pihak swasta/dunia usaha, dan masyarakat, baik individu atau organisasi,” imbuhnya.

Setelah ditemukan terduga TB, maka dilakukan pemeriksaan untuk menegakkan diagnosa. Jika positif, maka akan diintervensi dengan pengobatan secara rutin dan lengkap.

Baca Juga: 430 Kasus TBC Ditemukan di Boyolali, Dinkes Targetkan 2.000 Penemuan

Selain itu, bagi yang berkontak erat dengan pasien juga akan dilakukan investigasi kontak. Bagi yang bergejala klinis TB langsung dilakukan pemeriksaan dan pengobatan.

“Untuk penyakit menular, semakin banyak ditemukan kasus maka lebih baik. Artinya, orang yang berpotensi menularkan TB ini bisa diobati sehingga tidak menularkan kepada orang lain,” sambung Sri Winarno yang juga mewakili Koalisi Organisasi Profesi Tiberkulosis (Kopi TB).

Upaya menemukan pasien penyakit menular ini dilakukan dengan dua strategi. Pertama penemuan aktif melalui tenaga kesehatan yang langsung memeriksa masyarakat/kelompok di pusat keramaian atau berkumpulnya orang-orang, termasuk misalnya pondok pesantren.

Kedua, penemuan pasif yaitu dengan melakukan skrining di fasilitas kesehatan, baik dokter praktik, klinik, rumah sakit, puskesmas.

Baca Juga: Makan Banyak tapi Tetap Kurus, Bisa Jadi Ini Penyebabnya

Butuh Keterlibatan Warga

Ketua SSR MSI Karanganyar, Darsi, berharap masyarakat berperan aktif menemukan penyakit TB dengan cara melaporkannya ke puskesmas terdekat. Selain itu, pihaknya juga berharap para dokter praktik dan pusat kesehatan swasta berperan dalam pelaporan kasus, agar TB bisa segera ditangani.

“Harapan kami melalui media bisa membantu kami, MSI Karanganyar, untuk menyampaikan kepada masyarakat bahwa rumah sakit swasta dan dokter bisa ikut aktif dalam penemuan penyakit TB dan kemudian dilaporkan ke Dinkes. Sekarang sudah berjalan tapi kurang maksimal,” ujarnya.

Darsih menambahkan, investigasi kontak dan edukasi masyarakat untuk datang ke layanan kesehatan agar melakukan pemeriksaan dilakukan melalui peran serta kader MSI di wilayah puskesmas masing-masing.

“MSI Karanganyar sebagai representasi masyarakat yang sadar terhadap tuberkulosis. Dalam bergerak tentunya membutuhkan dukungan multisektoral. Hal ini bertujuan untuk optimalisasi kolaborasi dalam penanggulangan TB di Karanganyar, ” katanya.

Ketua DPRD Karanganyar, Bagus Selo, siap mendorong penanganan kasus TB ini melalui kebijakan anggaran. “Harus ada kolaborasi dari Dinas Kesehatan, rumah sakit negeri maupun swasta. Kalau ada yang kena segera dilaporkan ke Dinas Kesehatan. Kami juga akan mendorong penanganan TB terkait penganggaran untuk penanganan TB yang ada di Dinas Kesehatan,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya