SOLOPOS.COM - Monumen Tugu Radio Oemoem berdiri kokoh di wilayah Kampung Cantel Kulon RW 022, Kelurahan Sragen Kulon, Sragen, Kamis (9/2/2023). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Sebuah tugu segi empat mirip pagupon setinggi 3 meteran berdiri di barat laut simpang empat Cantel, Kelurahan Sragen Kulon, Kecamatan Sragen, Kabupaten Sragen. Di tugu itu terdapat tulisan “Radio Oemoem” yang disusun secara vertikal. Karenanya simpang empat itu pun dikenal dengan nama Perempatan Radio Umum.

Tugu Radio Oemoem itu adalah saksi sejarah. Tugu ini ternyata berisi perangkat radio yang pernah menyiarkan pidato Presiden Soekarno pascaproklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Radio itu berada di dalam kotak yang seperti pagupon tadi.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Tugu tersebut tepatnya berada di wilayah Kampung Cantel Kulon RW 022. Karena keberadaan tugu itu juga yang membuat Kampung Cantel Kulon lebih dikenal dengan nama Radio Umum.

Pak Har, 68, adalah seorang warga Cantel Kulon yang mengaku tinggal di sana  sejak 1980. Sebelumnya tinggal di Kampung Krapyak, Sragen Wetan. Di pagar depan rumahnya ditulis Radio Umum agar orang mudah mencari alamatnya.

“Nama Radio Umum itu lebih kondang daripada Cantel Kulon. Saya pernah mengumpulkan saudara yang jauh, ada yang dari Surabaya. Saya bilang kalau mencari rumah saya, bilang di Radio Umum. Ternyata benar, mbakyu saya yang dari Surabaya itu pernah naik bus turun Pilangsari. Lalu naik becak dan bilang Radio Umum. Tanpa banyak tanya, tukang becak itu langsung mengantar ke lokasi dekat rumah saya,” ujar Pak Har.

Berdasarkan cerita bapaknya dan para sesepuh, ia menyebut Tugu Radio Oemoem itu merupakan satu dari tiga saksi sejarah yang masih tersisa di Sragen. Dua lainnya adalah Pabrik Gula Mojo dan Gedung Batoar. Nama Gedung Batoar diambil dari bahasa Belanda yakni “abattoir” yang artinya rumah pemotongan hewan.

“Dari cerita simbah-simbah dulu, pada tahun 1945 Bung Karno sering berpidato di radio. Pidato Bung Karno itu sering didengarkan banyak orang yang datang berkumpul di sebelah selatan lokasi tadio umum sekarang. Kala itu orang jarang memiliki radio,” katanya.

Pak Har mengatakan bangunan segiempat seperti pagupon itu masih asli. Sayangnya sekarang perangkat radio di dalamnya, ujar dia, sudah rusak. Dia ingat tugu Radio Oemoem itu berdiri pada tahun 1990-an. Sebelumnya, Pak Har menduga tiang penyangga radio itu terbuat dari besi yang tingginya hanya 2 meter.

“Dari dari radio itu bisa mendengarkan pergelaran wayang kulit semalam suntuk,” jelasnya.

Kabid Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Sragen, Johny Adhi Aryawan, belum mengetahui detail tentang sejarah Radio Oemoem. Dari cerita tutur yang diterimanya, lokasi Radio Oemoem dulunya ada di selatan jalan, tetapi sekarang di utara jalan.

“Kami belum mengetahui detail kapan perpindahannya. Ada yang bilang tahun 1950, ada yang menyebut akhir 1960, dan ada yang mengatakan tahun 1970-an. Dulu tiangnya dari besi, seperti kandang merpati saat di selatan jalan. Kemudian menjadi tugu saat pindah di utara jalan,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya