SOLOPOS.COM - Warga Desa Jrakah, Kecamatan Selo, Boyolali memperbaiki pipa saluran air yang rusak di desa setempat, Jumat (16/11/2012). (Septhia Ryanthie/JIBI/SOLOPOS)


Warga Desa Jrakah, Kecamatan Selo, Boyolali memperbaiki pipa saluran air yang rusak di desa setempat, Jumat (16/11/2012). (Septhia Ryanthie/JIBI/SOLOPOS)

BOYOLALI–Mata air atau Tuk Nganten yang berada di dasar jurang aliran Kali Juweh, perbatasan Desa Jrakah dan Desa Klakah, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, rawan tertimbun longsoran dan tersumbat lahar dingin Gunung Merapi.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Ketua RT 001/RW 005, Dusun Sepi, Desa Jrakah, Kecamatan Selo, Ngatun Suryanto, 45, mengemukakan selama ini warga harus dikerahkan setiap hari untuk merawat area mata air tersebut agar terhindar dari timbunan longsoran atau sumbatan lahar dingin.

Hal itu dilakukan mengingat Kali Juweh merupakan salah satu jalur aliran lahar dingin dari Gunung Merapi. Sementara mata air yang ada di dasar jurang di Kali Juweh itu merupakan satu-satunya sumber air bagi warga di tiga desa, yaitu Jrakah, Klakah dan Tlogolele.

“Kalau tidak dirawat dengan baik, kami khawatir debit air bakal berkurang. Bahkan bisa mati total. Apalagi musim hujan, tebing yang berada di atas mata air itu mudah longsor. Jika sumber air itu tertimbun atau tersumbat oleh material lahar, dipastikan warga bakal kekurangan air karena sumber air bersih lain di sini lumayan jauh,” ujar Ngatun ketika ditemui wartawan di sela-sela perbaikan pipa saluran air di desa setempat, Jumat (16/11/2012).

Pipa Rawan Rusak

Ngatun menambahkan pipa-pipa saluran air juga rawan rusak akibat timbunan longsoran tanah atau bisa juga patah. Sehingga warga juga harus sering mengecek kondisi pipa-pipa tersebut, terutama saat menjelang musim hujan. “Kalau pipa rusak, otomatis saluran air terputus,” katanya.

Terkait kondisi pipa saluran air, Ngatun mengungkapkan sudah banyak yang dimakan usia sehingga sudah seharusnya diganti. ”Pipa yang sering rusak justru yang disalurkan ke Tlogolele atau Klakah, karena jaraknya jauh. Kami juga terkendala biaya untuk pembelian sling karena harganya sangat mahal. Kalau kami sendiri ya tidak mampu, sehingga kami berharap pemerintah juga bisa ikut campur tangan membantu,” imbuh dia.

Senada dikemukakan Kepala Desa (Kades) Jrakah, Tumar. Menurut Tumar, di Tuk Nganten tersebut belum ada penampungan air yang memadai sehingga mudah tersumbat material pasir.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya