SOLOPOS.COM - Supeltas di Simpang Tiga di Jalan Slamet Riyadi dekat SMK Pelayaran Pancasila Kartasura, Kandar, 58 tengah mengatur lalu lintas pada Selasa (4/7/2023). (Solopos.com/Magdalena Naviriana Putri)

Solopos.com, SUKOHARJO – Tukang becak di Kartasura, Sukoharjo, memilih banting setir jadi sukarelawan pengatur lalu lintas (supeltas) lantaran angkutan tradisional itu tak lagi dilirik penumpang. Dalam sehari supeltas di segitiga emas itu mampu meraup Rp100.000.

Supeltas di Simpang Tiga di Jalan Slamet Riyadi dekat SMK Pelayaran Pancasila Kartasura, Kandar, 58, mengaku sudah melakoni pekerjaannya itu sejak tiga tahun lalu. “Sudah tiga tahunan menjadi supeltas, dulu saya sopir becak kemudian ganti haluan,” kata Kandar saat ditemui di sela-sela pekerjaannya pada Selasa (4/7/2023).

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Kandar bercerita menjadi supeltas bukan semata-mata mencari cuan, namun tak lain juga turut membantu para pengguna jalan. Ia tak menampik jika dalam pekerjaannya risiko maut mengancam akibat adanya kendaraan besar yang lewat maupun pengendara yang ugal-ugalan. “Ya yang penting kita hati-hati kita kan menolong orang bukan cari uang saja, kalau orang ngasih ya diterima,” ujar Kandar sembari mengisap rokoknya.

Dalam sehari, terkadang ia mampu mengantongi Rp40.000-Rp100.000. Jumlah tersebut didapatkannya dari pengguna jalan yang dermawan. Meski gaji menjadi supeltas hanya mengandalkan kedermawanan pengguna jalan, ia mengaku jumlah yang dikantonginya tersebut lebih menjanjikan saat harus mengayuh becak.

Dalam sehari Kandar berdiri di tengah Simpang Tiga itu untuk mengatur lalu lintas sejak pukul 08.00-11.00 WIB. Ia sendiri bergantian dengan tiga rekannya yang lain sesuai dengan jadwal yang telah disepakati bersama. Di Kartasura sendiri menurutnya ada sekitar 50 supeltas yang bekerja membantu pengguna jalan.

Mengingat di masing-masing simpang biasanya bergantian dikawal oleh empat supeltas berbeda. “Di Kartasura hampir 50 supeltas ada, di Sukoharjo hampir 400-an, beberapa waktu lalu sempat dikumpulkan. Jumlah itu hanya yang berangkat masih banyak juga yang tidak berangkat,” kata pria bertopi yang memakai kaus putih lengkap dengan rompi supeltas itu.

Kandar mengaku senang usahanya di tengah terik matahari cukup membantu meminimalkan kecelakaan lalu lintas di jalan. Kendati demikian ia tetap berharap adanya pekerjaan yang lebih baik yang bisa ia lakoni.

Sementara itu, warga Kartasura, Sukoharjo, Anik Wahyuningsih, 37 mengaku sudah jarang mengenakan transportasi roda tiga. Namun orang tuanya yang telah paruh baya terkadang masih menggunakan jasa tersebut.

“Kalau pakai becak udah lama gak ya, tapi ibu masih kadang dari pasar ke rumah. Kalau saya pribadi soalnya serba salah kalau naik becak itu, dinaikin kasian nanti capek kalau gak juga kasihan. Apalagi kemana-mana sudah praktis naik motor,” paparnya.

Ia juga mengaku terbantu dengan kehadiran para supeltas, menurutnya mereka sangat membantu apalagi jika akan menyebrang dan tengah membawa barang yang cukup banyak di kendaraan. Apalagi kawasan Kartasura memiliki ruas jalan yang cukup padat dan sibuk.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya